Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Growth Productivity di Era Esok

7 Mei 2024   05:33 Diperbarui: 7 Mei 2024   12:23 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerja keras Membunuhmu (sumber : pribadi, bing.com) 

Ini adalah pengalaman pribadi. Di kolom ini. Kompasiana. Jika dilihat dari jumlah tulisan yang sudah diapungkan (diunggah), sudah lebih dari ratusan. Jumlah yang tidak sedikit, dari seorang tenaga pendidik yang memiliki kebiasaan menghabiskan waktu di dalam kelas. 

Dalam waktu 24 jam lamanya, hampir bisa dipastikan 60-75 %, habis di tempat kerja. Sehingga, kemampuan menulis atau menuangkan gagasan dalam bentuk sebuah tulisan, adalah sesuatu yang istimewa. Istimewa bagi lingkungannya sendiri. 

Itulah yang bisa diungkapkan terkait hal ini. Karena sejatinya, bila diukur dengan ancaman fake productivity, justru bisa jadi, akan nampak keasliannya, dan nampak masalah utamanya. 

Rekan seprofesi kerap kali melontarkan sebuah 'pujian'. Saya tanda kutipkan demikian. Sebelum narasi ini ditulis, masih bisa diartikan sebagai pujian, "mantap, tiap hari bisa update status di medsos..." ungkapnya dengan penuh kekaguman, terhadap rekan seprofesinya tersebut. 

Sebuah kegiatan yang sulit diikuti oleh kebanyakan tenaga pendidik, bahkan kendati berstatus dosen sekalipun. Artinya, tidak banyak orang yang bisa melakukan hal serupa itu.

Kendati demikian, pujian-pujian yang dilontarkan tempo hari itu, kini mulai disadarinya, jangan-jangan berujung sebagai sebuah 'sindiran'. Sindiran terkait dengan adanya fake productivity. 

Secara umum, dapat dikatakan bahwa fake productivity adalah sebuah prasangka yang melebihi hasil nyata. Atau, dalam pengertian umumnya, fake productivity adalah kondisi dimana Anda telah merasa melakukan banyak hal dalam bekerja namun hasilnya tidak sesuai ekspektasi yaitu hasilnya sedikit banget dan tidak sesuai waktu yang dihabiskan pada saat dikerjakan.

Ada dua kondisi yang bisa terjadi dalam situasi ini. Kondisi pertama, dia tersadarkan dengan kondisi akhir sehingga merasa menyesal terhadap kualitas atau kuantitas hasil yang tidak sesuai harapan. Sedangkan kondisi kedua, yang lebih memprihatinkan, yaitu dia masih tetap merasa sebagai orang yang produktif, dan tetap menjalani kelakuan atau kebiasaan di maksud. 

Sejatinya, kondisi orang kedua jauh lebih memprihatinkan dengan orang pertama tadi. Bila seseorang merasakan kondisi pertama, dia akan segera beralih untuk melakukan perubahan strategi, sedangkan bila seseorang mengalami kondisi kedua, potensial berjalan menuju kehancuran !!

Seperti contoh kali ini. Menulis di platform ini sudah ratusan artikel. Views gak seberapa. Pendapatan komersial masih nol. Tetapi, tetap semangat menulis terus, dan terus menulis. Pertanyaannya, apa kondisi dari orang itu, atau saya serupa ini ?

Sekaitan dengan masalah ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati dengan seksama. Tanpa harus terjebak terhadap uraian yang sifatnya detil, setidaknya ada tiga kondisi seseorang dalam kaitannya dengan produktivitas.

Pertama, produktif, yakni kondisi dimana seseorang sudah mampu menunjukkan hasil kerja yang efektif dan efisien sesuai dengan rencana atau harapan. Bila harapannya adalah kualitas, maka dia mampu melihat kualitas kerja yang terbaik. Sedangkan, bila harapannya adalah kuantitas, maka dia mampu melihat kuantitas hasil kerja yang optimal, dan bila harapannya adalah ekonomi, mama dia mampu melihat efek ekonomi yang tinggi dari sebuah pekerjaan.

Pertanyaannya, apa target seseorang saat menulis artikel di platform ini ? kuantitas tulisan, kualitas tulisan, atau nilai ekonomi ? ila salah satu diantara itu yang menjadi tujuannya, maka rasanya sudah dapat disebut produktif, bila ketiga hal itu masih terdapat kesenjangan maka akan jatuh pada kategori kedua, yaitu fake productivity.

Kedua, produktivitas palsu (fake productivity).  Dalam konteks ini, sejatinya pelru dibagi menjadi kelompok lagi. Satu sisi, akibat kegagalan kerja, dan sisi lain, adalah kesalahan orientasi. Pada saat seseorang melakukan aktivitas yang tinggi, namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, sejatinya bukan fake productivity, tetapi merupakan bentuk dari kegagalan kerja. 

Sudah kerja keras, tetapi hasilnya minim, namanya kegagalan kerja atau kegagalan usaha. Kita lebih memosisikan fake productivity itu adalah satu kondisi psikologis mal-orientasi seseorang dalam kerja. 

Orang ini, tidak bisa membedakan antara SOP yang benar dan salah, tidak tahu produktivitas dan boros, tidak menyadari antara kegagalan dengan penyimpangan. Kondisi batinnya masih tetap, merasakan  sudah melakukannya dengan benar.

Ketiga, involution-productivity atau involusi produksi, artinya, produktivitasnya berjalan di tempat. Tidak ada kemajuan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Ancaman terhadpa kondisi ini, adalah akan kalah dalam persaingan, khususnya disaat kompetitor lainnya sudah mampu menunjukkan perubahan, perkembangan dan inovasi yang berkelanjutan. Sibuk melakukan pekerjaan yang tidak mampu menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan !

Terakhir, diharapkan ada yang disebut dengan produktivitas yang berkembang (growth productivity). Maknanya, ukuran dari prodyktivitas itu tidak statik. Pengetahuan, tuntutan dan tantangan zaman, akan terus berkembang dan memberikan tekanan yang lebih kompleks dari sebelumnya. Oleh karena itu, kemampuan beradaptasi dan merespon lingkungan, akan menjadi indikaor kuat dalam mengukur produktivitas kerja di masa depan ! Bukan hanya sibuk, tetapi kreatif dalam melakukan perubahan dan perkembangan.

Nah, bagaimana ya ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun