Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Growth Productivity di Era Esok

7 Mei 2024   05:33 Diperbarui: 7 Mei 2024   12:23 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerja keras Membunuhmu (sumber : pribadi, bing.com) 

Ini adalah pengalaman pribadi. Di kolom ini. Kompasiana. Jika dilihat dari jumlah tulisan yang sudah diapungkan (diunggah), sudah lebih dari ratusan. Jumlah yang tidak sedikit, dari seorang tenaga pendidik yang memiliki kebiasaan menghabiskan waktu di dalam kelas. 

Dalam waktu 24 jam lamanya, hampir bisa dipastikan 60-75 %, habis di tempat kerja. Sehingga, kemampuan menulis atau menuangkan gagasan dalam bentuk sebuah tulisan, adalah sesuatu yang istimewa. Istimewa bagi lingkungannya sendiri. 

Itulah yang bisa diungkapkan terkait hal ini. Karena sejatinya, bila diukur dengan ancaman fake productivity, justru bisa jadi, akan nampak keasliannya, dan nampak masalah utamanya. 

Rekan seprofesi kerap kali melontarkan sebuah 'pujian'. Saya tanda kutipkan demikian. Sebelum narasi ini ditulis, masih bisa diartikan sebagai pujian, "mantap, tiap hari bisa update status di medsos..." ungkapnya dengan penuh kekaguman, terhadap rekan seprofesinya tersebut. 

Sebuah kegiatan yang sulit diikuti oleh kebanyakan tenaga pendidik, bahkan kendati berstatus dosen sekalipun. Artinya, tidak banyak orang yang bisa melakukan hal serupa itu.

Kendati demikian, pujian-pujian yang dilontarkan tempo hari itu, kini mulai disadarinya, jangan-jangan berujung sebagai sebuah 'sindiran'. Sindiran terkait dengan adanya fake productivity. 

Secara umum, dapat dikatakan bahwa fake productivity adalah sebuah prasangka yang melebihi hasil nyata. Atau, dalam pengertian umumnya, fake productivity adalah kondisi dimana Anda telah merasa melakukan banyak hal dalam bekerja namun hasilnya tidak sesuai ekspektasi yaitu hasilnya sedikit banget dan tidak sesuai waktu yang dihabiskan pada saat dikerjakan.

Ada dua kondisi yang bisa terjadi dalam situasi ini. Kondisi pertama, dia tersadarkan dengan kondisi akhir sehingga merasa menyesal terhadap kualitas atau kuantitas hasil yang tidak sesuai harapan. Sedangkan kondisi kedua, yang lebih memprihatinkan, yaitu dia masih tetap merasa sebagai orang yang produktif, dan tetap menjalani kelakuan atau kebiasaan di maksud. 

Sejatinya, kondisi orang kedua jauh lebih memprihatinkan dengan orang pertama tadi. Bila seseorang merasakan kondisi pertama, dia akan segera beralih untuk melakukan perubahan strategi, sedangkan bila seseorang mengalami kondisi kedua, potensial berjalan menuju kehancuran !!

Seperti contoh kali ini. Menulis di platform ini sudah ratusan artikel. Views gak seberapa. Pendapatan komersial masih nol. Tetapi, tetap semangat menulis terus, dan terus menulis. Pertanyaannya, apa kondisi dari orang itu, atau saya serupa ini ?

Sekaitan dengan masalah ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati dengan seksama. Tanpa harus terjebak terhadap uraian yang sifatnya detil, setidaknya ada tiga kondisi seseorang dalam kaitannya dengan produktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun