"Dalam situasi tertentu, kita dipaksa harus mandiri..." ungkap sang Ayah, "kita tidak bisa mengandalkan atau menggantungkan diri terus kepada orang  lain.." tuturnya. Ungkapan yang dianggukkan oleh anggota keluarga yang lainnya. Dengan semangat serupa itu, suasana keluarga masih tetap terjaga kerukunan dan keharmoniannya, walaupun ditinggalkan ole ART atau belum tersedianya  jasa penjual makanan.
Bagi kelompok yang statis atau pesimistis, situasi seperti ini, cukup diselesaikan dengan masakan-masakan instan. Â Merebus Mie dan ceplok telor secara berulang-ulang. Sang anak sudah tentu, akan cepat bosan. Tetapi, itulah cara yang bisa mereka lakukan saat itu, dan dalam situasi serupa ini.
Ada kelompok yang lebih strategis. Mereka sudah tahu akan ada krisis tenaga ART paska lebaran. Maka karena itu, sebelum mudik lebaran mereka sudah memenuhkan kulkas atau lemari makanannya yang siap dimatangkan, selepas lebaran. Kebutuhan dapur untuk satu minggu selepas lebaran sudah disiapkannya. Sehingga selepas lebaran mereka tidak mengalami kesulitan yang berarti. Walaupun tetap saja, kejadian seperti kategori pertama terjadi juga.
Inilah yang menjadi fenomena tahunan, di lingkungan kita. Selain komplek perumahan masih terasa lengang nan sepi, dan jalanan pun masih lancar dan lengang, lingkungan keluarga pun, bertumpu utuh terhadap ketahanan keluarga masing-masing!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H