Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dunia III, Sulit Terjadi

16 April 2024   06:11 Diperbarui: 16 April 2024   06:14 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber : pribadi, bing.com)

Kalimat ini, sengaja didengungkan, dengan maksud untuk mencegah. Betul.  Kebanyakan diantara kita, tidak berharap adanya Perang Dunia III.  Entahlah, bagi sebagian kelompok di belahan yang lain. Tetapi, harapan ini, bisa jadi, akan menjadi sia-sia, manakala sejumlah kondisi terjadi dan terbentuk seketika, dan kemudian membelah jadi dua kekuatan besar. Maka, bila kondisi itu, terbentuk, mau tidak mau, akan terjadi yang disebut Perang Dunia III.

Persoalan kita sekarang ini, apakah persyaratan terjadinya PD III sudah terbentuk ? atau, adakah PD III sudah terkondisikan di sejumlah wilayah di sejumlah daerah ?

Sumber : Sindo.news.
Sumber : Sindo.news.

Pertama, pengalaman Perang Ukraina dan Rusia, atau Irak dan Quwait, tidak merangsang adanya PD III. Sentimen politik dan keamanan regional, serta sistem blok politik yang dicuatkan saat itu, tidak memancing sejumlah negara untuk terlibat dalam konteks peperangan dua negara tersebut. Baik Perang Irak-Quwait, maupun Ukraina-Rusia, hampir sekedar menjadi perang lokal dengan wilayah yang terbatas.

Apakah isunya tidak menginternasional ? tentunya, temanya sangat mengglobal. Baik Irak-Quwait maupun Ukraina-Rusia, isu HAM, keamanan global, ancaman krisis, dan sentimen kubu politik menguat di sejumlah media. Namun, isu-isu tetap lemah dan tidak menggugah kekuatan besar yang ada di dunia ini.

Kedua, minimnya ketegangan-militer antar dua kekuatan. Mau tidak mau, disadari atau tidak, di masa lalu kekuatan militer antar blok Timur-Barat, terasa sangat dominan. Alinasi militer, baik di PD 1 maupun PD II, sangat terasa. Di masa PD 1 ada Triple Alliance (Blok Sentral) yang beranggotakan Jerman, Italia (1915), Bulgaria, Turki, dan Austria Hongaria. Adapun Triple Entente (Blok Sekutu) terdiri atas Inggris, Prancis, Rusia, Rumania, Belgia, Luxemburg, Serbia, Albania, Yunani, dan Portugal. Ditambah kemudian, Amerika Serikat yang semula netral, malah menjadi bagian penting dari kelompok Sekutu, dan menyatakan perang dengan Jerman. 

Bila kemudian di lihat dari perselisihan awal di PD II, pun, ada nuansa persaingan pengembangan senjata militer dan penguatan pengaruh terhadap negara lain. Ditambah dengan ekspansi atau menguatnya totalitarianisme di Jerman,Jepang dan Italia. Dibumbui dengan emosi untuk mempeluas wilayah karena krisis ekonomi, maka terjadilah PD II.

Sekali lagi, bagaimana dengan kondisi hari ini ? rasa-rasanya, sangat minim, isu ketegangan militer. 

Ketiga, perang Iran dan Israel, bila dianggap akan menjadi pemicu perang baru di abad modern ini, kemungkinan besarnya akan terjadi dalam skala lokal, seperti halnya Irak-Quwait atau Rusia-Ukraina.  Apakah kedua negara itu, akan mengerahkan persenjataan mutakhir dalam memenangkan peperangan ? tidak menutup kemungkinan. 

Israel dapat dikategorikan sebagai negara yang penuh percaya diri, kalau tidak disebut bengal. Sejumlah negara mengutuk dengan alasan apapun, serangan militer ke Gaza dalam waktu yang bertahun-tahun, hampir tidak ada bekasnya. Israel akan merasa kuta dan kuasa, bukan karena kekuatan militernya saja, melainkan karena dia yakin, sekutunya (khusus AS) tidak akan melakukan tindakan yang berlawanan dengan kebijakan militernya. Di sinilah masalahnya. Lantas dimana posisi PBB ?

Keempat, posisi PBB sama serupa atau boleh dibilang mengalami penyakit yang sama dengan kasus penyebab PD II, yaitu tidak berdaya, walaupun bisa berkata-kata. PBB memiliki kemampuan mengeluarkan resolusi yang tidak menjadi solusi, pernyataan tidak bisa diikuti dengan perbuatan. Dalam situasi serupa inilah, potensi terjadinya PD III menjadi terbuka lebih menganga.

Dalam kaitan ini, PBB hampir dapat dikatakan tidak memiliki kekuatan-nyata, baik untuk mencegah, atau menghentikan peperangan Rusia-Ukraina, maupun Israel-Palestina, Israel-Iran.

Bila demikian adanya, akankah perang dunia III benar-benar terjadi ?

Media massa, baik di dalam negeri kita maupun di media internasional, tidak membelah dan membuka kofrontasi pembelaan secara berimbang.  Sehingga dengan demikian, bisa dikatakan ulang, sulit terwujud penguatan sentimen internasional atau sentimen global yang mengarah PD III.

Kita semua tahu, bahwa negara-negara besar di ASIA maupun Eropa, lebih banyak melakukan diplomasi dan atau bila ada peperangan, lebih ke arah peperangan dagang. Persaingan militernya, tidak dikedepankan. Negara yang memiliki hobi perang, masih yang itu-itu saja.  

Oleh karena itu, bila dikembalikan ke pertanyaan tadi, maka  Penulis sih,  lebih berharap, tidak terjadi. Andaipun terjadi, lebih akan menyerupai dua perang yang sudah disebutkan tadi, yakni menjadi perang lokal.Tidak lebih dari itu !

Andaipun, diminta solusi, maka yang perlu dilakukan itu adalah DUNIA menyadarkan Israel, yang masih memiliki hasrat tinggi dalam peperangan. Setidaknya, peperangan di Palestina adalah contohnya, dan kini mulai mengarah ke Iran. Dunia hendaknya, mengarahkan perhatinnya ke wilayah itu !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun