Apa kelebihannya ? satu sisi dekat dengan manajemen kampus, mudah untuk mengakses sejumlah beasiswa pendidikan, memiliki tempat tinggal yang cukup, dan mendapat biaya hidup kendati tidak melimpah, dengan akses sumber belajar akademik (perpustakaan dan lain sebagainya), serta lingkungan yang kental dengan kampus. Karena kelebihan lingkungannya itulah, dua orang diantaranya, yang saya tahu, mereka kini sudah jadi guru besar kampus tersebut !
Itulah fenomena pertama, mengenai marbot di masjid. Marbot masjid yang diisi oleh mahasiswa itu, tidak hanya masjid kampus. Masjid kampus kerap kali jadi sumber kompetisi yang tinggi bagi mahasiswa kampus, tetapi mereka yang gagal bersaing di masjid kampus, tetap berusaha mencari dan menemukan tempat persinggahan di masjid-masjid masyarakat di sekitar kampus tersebut. Mereka itu bertebaran. Jumlahnya tidak sedikit.
Mengapa hal itu bisa terjadi juga ? karena memang, pada umumnya, marbot masjid itu, umumnya adalah orang pensiunan. Sangat  jarang, marbot masjid di isi oleh pemuda bugar, masih muda usia.Â
Kelompok terakhir ini, banyak yang mengisi kegiatannya di tempat kerja. Sedangkan marbot masjid, bila tidak mahasiswa, maka di isi oleh pensiunan, atau yang sudah tidak bisa kuasa kerja-kerja berat lagi. Karena itu, sangat wajar bila masjid di sekitar kampus, masyarakat kerap memanfaatkan mahasiswa untuk mengisi masjid-masjid tersebut.
Sehubungan hal ini, pertanyaan pokok dari diskusi ini adalah "perlukan meningkatkan kemakmuran marbot masjid?". Jawabannya, sudah tentu, HARUS.Â
Untuk menjadi masjid yang makmur, pengurusnya juga harus nyaman bekerja. Bahkan, Dr. Imam Ad Daruqutni, Sekjen Dewan Masjid Indonesia, yang menjadi salah satu narasumber workshop tersebut juga menyampaikan potensi keberadaan masjid.Â
"Masjid sebagai unsur yang sangat penting dalam masyarakat Islam, sesungguhnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sehingga dapat memberikan manfaat yang  lebih banyak dan luas", ucap Imam.Â
Selain fungsinya sebagai tempat ibadah ritual, masjid  dapat menjadi pusat persemakmuran masyarakat (Community Centre) karena ia menjadi tempat  berkumpul para jamaah dari  berbagai komunitas yang berasal dari  beragam  suku, bahasa, adat, maupun tingkatan strata ekonomi.Â
Lebih dalam lagi, masjid juga  dapat berfungsi sebagai agen perubahan (agent of change) dalam meningkat kesejahteraan jamaahnya sehingga terjadi integrasi antara jamaah untuk memakmurkan masjid.
Masjid Jogokaryan Jogjakarta, adalah contoh fenomenal yang bisa mengelola dana masjid untuk kepentingan umat. Pengelolanya pun, tampak bahagia mengelola dan nyaman bekerja !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H