Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kembali ke Fitrah Seharusnya, atau Seadanya ?

12 April 2024   04:20 Diperbarui: 12 April 2024   05:39 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cermin Kefitrahan Diri (Sumber : pribadi, bing image creator) 

Eh, sekali lagi, mohon maaf, kita memang gagal paham, atau kita gagal meyakinkan kepada para pendengarnya. Bahwa, sejatinya makna dari idul fitri itu adalah pengembalian karakter manusia menuju fitrah-penciptaannya, yakni sebagai manusia suci nan bersih, yang jauh dari keburukan dan kejahatan. Inilah makna dasarnya. Karena sejatinya, manusia itu adalah makhluk yang menjunjung kebaikan, kebenaran dan keindahan. Karena  itulah, kalau kita tuntas menyimak penjelasan juru khutbah, kita akan mendapatkan penjelasan, yakni fitrah dalam konteks awal penciptaan manusia. 

Sayangnya, fenomena dan fakta yang ada hari ini, adalah kembalinya ke fitri itu, bukan ke fitri yang semestinya (sifat aseli di awal penciptaan), malahan kembali ke fitri yang asli pembawaannya sebelumnya yang seadanya. 

Selepas ramadhan, manusia malas kembali menjadi malas lagi. Karena itulah, sifat asli dan pembawaan sebelumnya !

Selepas ramadhan, manusia materialis kembali matre, karena itulah sifat asli dan pembawaannya sebelumnya !

Selepas ramadhan, manusia serakah kembali menjadi serakah, karena itulah sifat asli dan pembawaannya sebelumnya !

Ya, seperti yang tampak dalam seminggu terakhir ini. Kebiasaannya, atau pembawaan kita semua adalah mudik di saat liburan. Itulah fitrahnya manusia perantau. Itulah fitrahnya jiwa perantau, yang akan menyempatkan waktu untuk mudik di saat ada waktu luang yang didapatnya.  Karena itu, tepatlah bila dikatakan, bahwa mudik adalah fitrahnya manusia. Hari lebaran, manusia kembali pada fitrah sosialnya sendiri, yaitu mudik ke kampung halaman.

Inilah realitas sosial kita. Kembali fitri, bukanlah pada fitri yang seharusnya, melainkan menjadi fitri yang seadanya, atau fitrah pembawaan sebelumnya. Bila demikian adanya, akankah kita masih bisa bangga lebaran yang kita rayakan kali ini ? 

Tentunya. Tentunya kita perlu untuk bisa menikmati fitrah mudik ke kampung halaman. Dengan menjaga fitrah sosial kita, diharapkan kita pun bisa menapaki tangga kefitrahan kita menuju kefitrahan yang sejati. 

Mudik ke kampung halaman, bukanlah tujuan karena tujuan sejatinya umat beragama, adalah kembali ke kampung-akhirat, surga-Nya Allah Swt ! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun