Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Menikmati Perjalanan

31 Maret 2024   06:49 Diperbarui: 31 Maret 2024   07:17 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
belajarlah terbang (sumber : pribadi, bing.com) 

Untuk Ramadhan tahun 2016, terbilang seru dan menarik. Setidaknya, itulah perasaan yang teralami oleh penulis secara pribadi. Mengapa demikian ?  alasannya sangat sederhana, yakni, karena sebagai salah seorang penikmat sepakbola, mendapat suguhan pertandingan sepakbola yang beragam, dan hampir berkelanjutan dari hari ke hari selama bulan suci ramadhan ini.

Bukan supporter, atau ‘bobotoh’, bukan pula sebagai penggila bola. Saya hanyalah sekedar penikmat seni sepakbola, yang sama merasakan nikmatnya jika menyaksikan bulutangkis atau berolahraga bulutangkis.

Sebagaimana yang kita saksikan bersama, di bulan ramadhan ini, ada Piala Eropa (Europa Cup), dan Copa Amerika. Untuk kompetisi nasionalnya, ada Torabika Soccer Competetions (TSC) 2015. Ketiga event sepakbola ini,  tersajikan secara terjadwal, dan dapat mengisi malam-malam di bulan suci ramadhan. Jika diperhatikan dengan seksama, ada satu bahan renungan penting yang kita bisa dapatkan melihat moment saat.

“Luar biasa khusyu…” itulah, ungkapan yang bisa dikemukakan, jika seorang lelaki, bapak-bapak, atau wanita penggila bola dihadapan monitor atau di stadion menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Pada sisi lainnya, disamping kiri kita, ada istri kita, atau anak kita, malah cuek tidak ketulungan, saat kita sedang menikmati sepakbola tersebut.

Hal itu, berbeda terbalik, jika ibu-ibu atau istri kita tengah menyaksikan sinetron yang panjang dan lamanya ‘tidak ketulungan’. Di bulan ini, sedang booming uttaran, atau sinetron india lainnya. Ibu-ibu, gadis remaja, atau bapak-bapak juga ada yang turut menikmatinya.

Kesungguhan, keseriusan, keharuan, dan kenikmatan, sangat mereka rasakan, sama halnya, dengan keseriusannya para penggila bola yang tengah menyaksikannya di depan monitor. Sama khusyusnya, bila anak-anak kita tengah nonton film kartun kesukaannya.

Apakah mereka ingat akan lapar yang mereka rasakan saat puasa ? apakah mereka berharap film itu cepat berlalu ? apakah mereka berharap akan ada jeda iklan panjang yang membuatnya mereka bisa istirahat ? apakah mereka berharap, ada waktu untuk mengerjakan lain yang bisa mengalihkan acara-acara tersebut ?

Jawabannya tidak ! mereka, sangat menikmatinya ! mereka sangat asyik menikmatinya, dan mereka tak sedikitpun ada harapan untuk segera berakhir. “Ah….! Bersambung !” pekik, beberapa orang penikmat sinetron, saat film itu berakhir.

Para penikmat, tidak ada harapan sedikit pun, acaranya berakhir. Para penikmat, tidak ada keinginan untuk beranjak dan mengalihkan perhatiannya kepada yang lain.

Andai, andai saja, perasaan itu, hadir seperti halnya ramadhan, itulah sesuatu yang luar biasa !

Andai, andai saja, kekhusyuan itu hadir seperti halnya saat kita menjalani shaum ramadhan, maka itu adalah luar biasa !

Hanya, saja, siapakah diantara kita, yang menikmati ramadhan, seperti halnya menyaksikan  pertandingan tim kesayangan kita ? siapakah diantara kita, yang menjalani shaum, seperti tengah menyaksikan sinetron kesukaan kita ?

Ramadhan tinggal setengah perjalanan. Akankah, kita merasa puas dengan perjalanan ini ? Ramadhan tinggal separuh waktu, adakah perasaan sedih untuk meninggalkannya ?

Kita semua ini, bak para penumpang bis, yang tengah melakukan perjalanan jauh, untuk sebuah studi wisata. Mimpi kita, adalah kita bisa hadir disebuah tempat wisata, dengan penuh suka cita, dan kegembiraan.

Alih-alih bisa menikmatinya.  Persiapan sudah matang, dan keceriaan di awal ramadhan pun sudah ditunjukkan. Tetapi di tengah perjalanan, ngantuk dan tertidur pulas. Indahnya perjalanan, daerah yang banyak dilewati, tak satu pun dinikmatinya. Tahu-tahu sudah sampai ke tujuan, dan kita melewati banyak tempat indah.

Di lokasi ramadhan pun, atau di waktu idul fitri pun, dia malah banyak tetiduran di kamar, sehingga momentu wisata, hanya dihabiskan oleh istirahat.

Apakah nikmat wisata tersebut ! akankah, kita menjadi bagian diantara orang yang berwisata, tetapi ketiduran di tengah jalan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun