Dengan informasi yang bersih dan bening ini, akan menjadi nutrsi bagi orang dimaksud, untuk terus mengembangkan nalarnya sehingag menjadi penalaran yang tumbuhkembang dengan sehat. Â Maka kemudian daripada itu, dikenal pula ada istilah nalar-tumbuhkembang atau growth mind set.
Tampaknya, khususnya dalam kesadaran kita hari ini, tidak mungkin seseorang bisa memiliki growt mindset (nalar tumbuhkembang), bila tidak memiliki pola pikir cair. Karena untuk bisa tumbuhkembang, maka dia harus ada kesediana menerima yang baru, sikap kritis, dan fleksibel dengan kondisi, serta mampu beradaptasi dengan tantangan zaman. Â Bila seseorang ada dalam situasi serupa ini, maka dia akan mampu melakukan transformasi kesadaran secara dinamsi dan berkelanjutan.
Lha, lantas, apa hubungannya dengan tradisi kita yang kerap berhadapan dengan media sosial, sebagaimana yang disampaikan di awal pembicaraan ini ?
Ya, inilah masalahnya. Â Informasi di media sosial itu, adalah informasi yang membuncah, bercampuraduk. Manakala, seseorang tdak cermat dalam memilih dan memilahnya, maka dia akan terkena virus informasi busuk dan buruk. Manusia modern ini, perlu ada pencernaan (nalar) yang unggul, yang mampu mengunyah ragam informasi dengan baik, sehingga bisa menelan atau mengkonsumsi hanya informasi yang sehat saja.Â
Kalau pencernaan (otak) yang sudah sakit-sakitan, maka makanan apapun akan masuk, dan rasanya-rasanya, orang ini akan mudah sakit-pikiran. Dia bukan hanya akan terancam gagal-ginjal, tetapi juga gagal-nalar dalam menghadapi kehidupan masa kini.. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H