Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia sebagai Homo Clamantis

1 Maret 2024   05:28 Diperbarui: 1 Maret 2024   05:40 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Homo Clamantis (Sumber : pribadi, bing.com) 

Memang aneh dunia ini. Saat berkunjung ke kebun Binatang, atau melihat dokumentasi perhewanan, ditemukan ada monyet menetes air mata. Manusia berdecak kagum. Terharu.

Melihat beruang meneteskan air mata, saat melihat anaknya mati dalam pelukannya  Manusia berdecak kagum. Terharu. Bahkan simpati.

Tetapi, saat seorang pengemis menangis, dianggapnya mellow, bahkan disebut lemah mental. "dasar, tidak punya semangat juang untuk hidup.." hardiknya keras walaupun berbunyi dalam hati.

Saat seorang Wanita menangis, dianggapnya, berlebihan, bahkan dianggap, terlalu berhadap mendapat simpati dari warga lain. "dasar, Perempuan, bisanya pakai emosi,.." ungkapnya keras, walaupun tak keluar dari lisan.

Hanya batu yang tidak meneteskan air mata. Karena tetumbuhan, bisa meneteskan air embun.

Hanya Sebagian hewan yang tak berkaca-kaca di matanya, karena kebanyakan hewan tak memiliki kelopak air mata.

Tampaklah sudah, manusia kuat bukan  karena bisa menahan tangis, tetapi mampu menahan diri untuk tidak membuat orang lain menangis sedih. Manusia kuat bukan karena tahan menangis, melainkan orang yang mampu mengubah airmatanya  menjadi Solusi terhadap sumber tangisannya.

Yakinlah. Orang yang kuat, bukanlah orang yang tidak pernah menangis, tetapi tidak nagis sembarang waktu, dan sembarang  masalah. Menangis karena masalah yang perlu ditangisi, adalah kebeningan air matanya, dan menangis di waktu yang tepat, adalah kesucain air tangisannya.

Menangislah wahai hewan penangis. Karena menangislah, maka kau tetaplah manusia ! dari air mata itu, ada mata air kehidupan yang memulihkan jiwa kembali bugar !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun