Bukan sesuatu yang dirasakan orang, kemudian saat diceritakan, semua hanyalah akan menjadi narasi dan kisah. Paling tinggi menjadi tema kisah dalam tulisan di artikel ini, atau jadi buku yang menjadi keangkuhan intelektualmu. Tidak lebih dari itu. Matamu sungguh buta, atau ada saluran yang putus dengan hati.
Kau melihat kejadian, namun tidak pernah sampai pada perasaan. Kau melihat gejala, namun tidak pernah terbersit dalam jiwa. Semua pengamatan dan penglihatan, hanya sampai dalam kata-kata, dan menjadi sebuah wacana belaka, atau menjadi konsumsi di media kampus untuk dibicarakan dalam sebuah seminar dan lokakarya.
"kalau kau masih juga bertanya, itu tandanya, matamu tiada guna. Akulah, yang entah kau anggap aku siapa, hari ini merasakan lapar, dan aku merasa luka dan duka. .."
"bersyukurlah, kau masih sehat, lihatlah banyak orang yang terbaring lesu di rumah sakit?"
"tapi, aku tak mengerti, mengapa laparku menjadi luka, sedangkan luka mereka tidak diiringi dengan lapar..?"
Di sini, aku terdiam, untuk beberapa waktu, dan tidak bisa melanjutkan pembicaraan dengannya. Hingga akhirnya, karena waktu, aku membalikkan badan, dengan maksud dan tujuan meninggalkannya.
aku pergi, dengan tempat dan tujuan, yang tidak mereka ketahuinya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H