Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pikukuh Baduy: Huyunan

19 Februari 2024   04:49 Diperbarui: 19 Februari 2024   05:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Huyunan Ala Baduy (sumber : inews.cirebon.id)

Huyunan

Terjemahan :

Berjalan beruntun seorang-seorang

(sumber : Mulyanto, dkk. 2014:7)

--o0o---

Gaya huyunan, adalah unik. Bagi kita yang tidak mengenalinya, dipastikan akan merasakan sebuah kekaguman, dan keindahan gerak dan perjalanan. Mereka bisa banyakan, bukan hanya satu atau dua orang, tetapi bisa puluhan. Namun, kenampakkan kelakuan yang ditampilkan sangat indah. Bukan saja rapih, tetapi juga tidak mengganggu perjalanan orang lain.

Di beberapa  kesempatan, kadang kita kesal, dan dibuat tidak nyaman, bila ada iringan manusia dengan jumlah tidak terhitung, terus mengambil jalan seenak sendiri. Bahkan, karena ada alasan acara sosial, mereka menghabiskan ruas jalan, seakan jalan miliknya sendiri. 

Wah, pokoknya di bikin kesal. Tetapi, apa yang dilaksanakan orang Baduy, suku asli dari tanah Banten ? ya, mereka melakukan teknik berjalan dengan adat huyunan.

Manfaat dari jalan huyunan, selain tidak mengganggu hak jalan orang lain, juga meminimalisir antar peserta jalan untuk berbicara. Oleh karena itu, tradisi ini memiliki manfaat, dapat meningkatkan efektivitas jalan, dan ruas jalan, sehingga  para pejalan bisa cepat sampai ke tujuan.

ilustrasi Huyunan (sumber : pribadi, bing.com) 
ilustrasi Huyunan (sumber : pribadi, bing.com) 

Tata urutannya, orang paling tua di depan. Mereka akan dijadikan sebagai pemimpin, dan sekaligus petunjuk jalan. orang dewasa atau orangtua, dianggap paling tahu, pengambilan rute dan perjalanan. Kekuatan mereka dalam berjalan, bisa menempuh puluhan km, bahkan, bisa menghabiskan waktu, berhari-hari.

Mengapa harus berjalan kaki ?

Pada Pikukuh yang lain, ditemukan, pedoman hidupnya, yakni larangan untuk menggunakan kendaraan. Urang Baduy atau Kanekes, di dalam kampungnya tidak ada kendaraan, dan kalau keluar kampung pun, mereka tidak boleh menggunakan kendaraan.

Kalau mereka ditanya, mengapa demikian, "ti baheula kitu. ku karuhun, ulaheun".  Sejak dulu, memang demikian, oleh nenekmoyangnya, dilarang. Menariknya, tanpa harus mereka mengerti mengenai maksud dan tujuan larangan nenek moyang, namun mereka tetap disiplin dan patuh terhadap peraturan yang ditetapkan dalam Pikukuh kabuyutannya.

Dalam konteks itulah, kita menemukan adanya kepatuhan yang bertemu dengan ketangguhan mental, hadir dalam diri Urang Baduy. Urang Baduy berjalan dengan kaki telanjang, untuk jarak yang jauh. Artinya, mereka bukan hanya kuat dalam fisik, tetapi juga tangguh dalam kepatuhan.

Anak-anak Baduy akan merasa kuat dan mampu berjalan, kendati harus untuk jarak yang jauh karena, mereka sudah terbiasa melakukannya. Dalam kesehariannnya, Urang Baduy  mengajari anak-anaknya berkebun. Mereka berjalan dari rumah ke kebun. Laki perempuan, tua da muda, melakukan hal itu, dalam kesehariannya. Perbedaannya,  lelaki remaja dan dewasa, berpeluang atau memiliki hak untuk bisa keluar dari kampung Baduy. Sementara anak yang belum dewasa dan kaum perempuan, tidak boleh keluar kampungnya.

Perbedaannya, kita tidak akan pernah menemukan kaum perempuan Baduy Dalam berjalan ke luar kampung. Hanya kaum lelaki yang berjalan ke luar kampung. Kaum perempuannya, selain mengerjakan kegiatan rumah tangga, paling  melakukan kegiatan pertanian ke kebunnya. Demikian pula dengan anak perempuan Baduy Dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun