Hari ini, lebih baik digunakan untuk curhat kepada capres/cawapres yang terpilih. Mengapa ini penting ? setidaknya, karena, isu, berita dan perbincangan masalah capres jauh lebih hingar bingar terjadi di tengah masyarakat, dibanding dengan yang lainnya. Oleh karena itu, membuat surat terbuka kepada Capres terpilih, rasanya lebih tepat, dibandingkan kepada wakil rakyat, yang bisa jadi belum tentu mewakili rakyat --walaupun memang dia mendapat lubang pencoblosan yang banyak.
Wahai Pak Capres/Cawapres terpilih....
Siapapun dan pasangan manapun kalian, karena surat ini ditulis sebelum dihitung dan disahkan. Plis deh, kalau ada waktu, curahan ini dibaca dulu. Boleh langsung, atau boleh juga mendelegasikan ke tim (pede banget yah... merasa penting gitu lhoo..).
Pertama, kondisi sosiologis (duh, apa atuh ya istilahnya), wakil rakyat yang terpilih, tidaklah sesuai dengan kebutuhan warga. Mereka terpilih itu ada yang hasil serangan fajar, pencoblosan tanpa pemikiran, atau titipan tetangga atau saudara, tanpa harus tahu alasannya, dan masih banyak yang lainnya. Oleh karena itu, komunikasi politik dengan wakil rakyat, hendaknya dibangun dengan baik dan efektif. Janganlah membuat jarak, antara Capres/Cawapres dengan wakil rakyat tersebut.
Kedua, kondisi sosiologis pemilih, yakni kami-kami ini, ternyata terbagi menjadi tiga atau empat golongan. Golongan-golongan tersebut, yaitu kelompok pendukung yang memenangkan kontestasi, kelompok pendukung yang kalah kontestasi, dan kelompok orang yang apatif (tidak pilih sana-sini), dan kelompok oportunis (cuek siapapun yang menang, yang penting tidak merugikan). Mereka itu, adan masih ada sampai akhir hayat. Karena itu, perhatian Capres/Cawapres terpilih, diharapkan tidak hanya memperhatikan golongan pendukungnya saja. Karena, kami pun, adalah tetap warga negara Indonesia.
Dalam perhelatan tahun ini. Tanpa harus menyebutkan pilihannya siapa, dan mengapa, tetapi, kami atau kita ini, masihlah tetap warga negara Indonesia. Sedangkan pencoblosan, lebih sekedar merupakan kewajiban konstitusi itu sendiri. Artinya, dengan melakukan pencoblosan, adalah bukti bahwa kami masih bertanggungjawab terhadap masa depan negara dan bangsa ini, walaupun mungkin berbeda pilihan dengan pemenang hari ini. Karena itu, rasanya, kendati kemarin beda pilihan, namun tetaplah warga negara.Â
Lho, kok... seperti ketakutan pemimpin ini, akan berpihak pada kelompok tertentu saja ? Ya, gak begitu juga. Hal yang paling ditakutkan itu, adalah rakyat yang milih dilupakan, sedangkan orang kaya yang memodali kampanye diperhatikan. Itulah yang kita maksudkan di sini !!!
Ketiga, lakukanlah segera sikap dan tindakan kenegarawanan, dengan melupakan jejak-jejak politik prapemilihan. Karena, andai hal itu dibiarkan berlarut, akan terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami bosan, melihat, menyimak, dan diseret-seret  untuk terlibat kegaduhan paska pilpres.
Sadarkan para pendukungnya, untuk kembali normal dan menata kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Terima kasih
Salam, Â