Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pikukuh Baduy: Spirit Kepemimpinan

14 Februari 2024   04:53 Diperbarui: 14 Februari 2024   04:57 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
spirit kepemimpinan (sumber : pribadi, bing.com) 

Kepemimpinan merupakan gejala sosial yang ada disetiap kelompok sosial. Termasuk di masyarakat Baduy atau Urang Kanekes. Fenomena ini, unik dan menarik untuk dikaji, karena bukan  disebabkan bersifat universal, tetapi juga karena aka nada keunikan pada setiap orang atau masyarakat. Di sebut universal, karena bisa ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Tetapi, disebut unik, karena akan menunjukkan gaya kepemimpinan yang khas, yang bisa dibedakan, baik antar individu maupun antar kelompok.

Pada masyarakat Baduy, ada beberapa nilai dasar, yang dianggap menjadi Pikukuh dalam mengembangkan jiwa kepemimpinan. Temuan ini, disampaikan Aan Hasanah. Menurut pengakuan Urang Kanekes, mengatakan :

Jadi pamimpin mah ulah nyaur teu diukur, ulah nyabla teu diungang, ulah ngomong sageto-geto, ulah lemek sadaek-daek, nu enya dienyakeun, nu ulah diulahkeun, ulah gorok ulah linyok. Tapi jadi pamimpin kudu landung tali ayunan, kudu laer tali aisan, kudu nulung kanu butuh, nalang kanu susah, kudu nganter kanu sieun, ngoboran kanu poekeun.

Terjemahan :

jadi pemimpin itu jangan berbicara tidak terukur, jangan bicara tanpa dipikir terlebih dahulu, jangan berkata seenaknya, yang benar katakan benar, yang dilarang katakan dilarang, jangan menipu dan jangan bohong, tapi jadi pemimpin itu harus bijaksana dalam memutuskan, harus memiliki sifat toleran, harus menolong kepada yang membutuhkan, memberi kepada yang kesusahan, harus memandu kepada yang ketakutan, dan menerangi kepada yang kebingungan (kegelapan)."

(sumber : Aan Hasanah, 2012:224)

Dari Pikukuh, sebagamana yang terlontas dalam lisan Urang Kanekes itu,  setidaknya ada

Pertama, ulah nyaur teu diukur. Sebagai seorang pemimpin, harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bawahan, rekan kerja, atau masyarakat dengan terukur. Jangan bicara tanpa ukuran.

Kedua, ulah nyabla teu diungang. Pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang memiliki sikap hati-hati dalam memahami, dan mengambil keputusan. Tidak boleh berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu. 

Ketiga, ulah ngomong sageto-geto.  Pemimpin tidak boleh bicara sembarangan. Makna sembarangan ini, yaitu bersikap asal-asalan,  gegabah, atau tidak berdasarkan pertimbangan.   Makna sageto-geto, lebih merujuk pada 'ketidakmampuan memilah dan memilih diksi, atau tempat dalam menyampaikan pesan".

Keempat, ulah lemek sadaek-daek., Kualitas kepemimpinan, akan tampak dalam pembicaraannya. Saat pembicaraannya terukur, kritis dan cerdas, maka kewibawaan pemimpin akan kuat. Seorang pemimpin tidak boleh bicara seenaknya. Makna sadaek-daek, tampaknya perlu dibedakan dengan sageto-geto. Makna sadaek-daek, lebih mengarah pada subjektivitas pemimpin. Artinya, saat dia berbicara dia tidak melihat objek atau lingkungan, lebih mementingkan kepuasan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun