Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menemukan Aktor Intelektual Sikap para Guru Besar

7 Februari 2024   05:34 Diperbarui: 7 Februari 2024   05:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Aktor Intelektual (sumber : pribadi, image creator, bing.com) 

Ungkapan Moeldoko, Kepala Staff Kepresidenan, yang berbunyi, "orang pinter tapi tidak punya hati, adalah robot".  Tidak menyebutkan, siapa yang dimaksud dengan orang pintar itu. Apakah ada paslon yang masuk kategori ini, atau ada komentator yang masuk kategori ini, atau ada netizen yang masuk kategori ini, atau ada jurnalis yang masuk kategori ini, atau kelompok guru besar yang  akhir-akhir ini bermunculan di sejumlah titik di negeri kita ini ?

Kita belum bisa menjawab. Tetapi, bila ada yang mengatakan, "ada yang menggerakkan, seperti halnya robot yang diremoote, maka pertanyaan lanjutannya, siapa yang meremoote itu?"

Kalau yang demonya, rakyat biasa, dari luar kota, pekerjaan yang tidak jelas, tetapi dalam jumlah kecil dia bisa datang ke ibukota untuk melakukan demonsrasi, dihadapan lembaga apapun dan juga tentang apapun, sudah banyak teorinya. Salah satu teorinya adalah demonrtasi bayaran. Ada back-upannya, ada yang memobilisasinya. Terlebih lagi, jika jumlahnya terbatas, dengan isu yang tidak jelas adanya.

Tetapi, bila yang dimaksud adalah menjamurnya deklarasi permintaan pemilu bersih, dilakukan oleh orang-orang pintar dari sebuah kampus, dan dilakukan oleh banyak kampus, apakah hal ini masuk pada objek yang bisa dianalisis dengan yang dibayar, atau dimobilisasi ?

Seorang guru besar, tidak banyak yang terjun ke dunia politik. Bahkan, pelaku dalam deklarasi pun tidak banyak diketahui sebagai partisan partai politik (secara formal).  Tetapi, mereka berani menyuarakan masalah yang sangat krusial di negeri ini. Kita tahu, kebanyakan dari Guru Besar itu adalah ASN, dan mereka pasti paham mengenai koridor sikap dan  tindakannya.  Oleh karena itu,  tidak menutup mata, bila mereka secara hakiki memiliki afiliasi dan sikap politik tertentu, tetapi hal yang pasti, tidak menunjukkan sikap politik praktis dan partisan dalam dunia politik. Oleh karena, itu, adakah yang bisa menemukan, siapa aktor utama yang bisa mengendalika mereka ?

Sebagai bagian organik dari perguruan tinggi, setidaknya hanya ada satu sumber-penggerak sikap dan tindakan guru besar, yakni pejabat internal kampus atau pejabat kementerian di atasnya. Hanya itu saja. Kelihatannya. Mohon maaf, ini sekedar analisis. Artinya, seorang tenaga pendidik di sebuah perguruan tinggi, yang bisa mengendalikannya yakni pejabat atasannya, baik di kampusnya maupun dikementeriannya. Sementara di luar itu, kemungkinan besar akan bergerak secara sendiri-sendiri.

Bila demikian adanya, akankah ada kekuatan lain, yang bisa menggerakkan sikap dan tindakan guru besar tersebut ? maaf, komentar kita  lebih mengerucut ke sini, karena hanya kelompok ini, yang sarat dengan kekuatan kepintaran tersebut. Artinya, akankah kekuatan oligarkhi menggerakkan mereka ? untuk kepentingan riset yang butuh dana besar, akankah mereka bisa digerakkan secara masif dan serentak serupa ini ? untuk memberikan jawaban terhadap persoalan ini, kelihatannya sangat sulit. Sekali lagi, kalau merujuk pada satu atau dua orang guru besar, mungkin ada yang digerakkan oleh oligarkhi, tetapi jika sudah melihat gerakan massif dan serempak serupa ini, akan sulit untuk menemukan jawaban dari aspek yang satu ini.

Oh, kalau begitu, aspek apa dan siapa yang bisa menggerakkan sikap dan tindakan para guru besar di sejumlah perguruan tinggi ini ? akankah ada paslon yang bisa menggerakkan kondisi ini ? paslon itu adalah aktor yang memiliki ketundukkan kepada disiplin partai, kelihatannya untuk hal seperti ini pun, perlu kajian lebih mendalam.

 Satu hal yang perlu digarisbawahi, memosisikan guru besar pada derajat partisan, atau mudah dikondisikan, apalagi dengan jumlah guru besar dan perguruan tinggi yang lebih dari satu, adalah satu sikap yang menegasikan integritas dan kredibilitas profesi dan staus serta perguruan tingginya tersebut. Dengan demikian, maka penilaian yang kurang proporsional terhadap sikap guru besar, rasanya akan menjadi sesuatu yang kurang tepat terhadapnya.

Namun, pertanyaan, apa yang menjadi penggerak dan menggerakkan mereka ? bisa jadi, yang menjadi menggerakkan mereka itu adalah elit partai yang tidak menjaga etika demokrasi, dan isu-keselamatan dan penyelamatan bangsa itu sendiri. Karena itu, aktir intelektrual yang menggerakkan orang-orang pibter itu adlaha kelakuan dari elit politik atau pejabat penyelenggara pemilihan umum itu sendiri. 

Kelihatannya ini... ,, mungkin, itu sekedar analisis orang awam yang tidak banyak tahu mengenai sebuah kebenaran !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun