Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Indonesia Sentris, Bukan Pilihan!

24 Januari 2024   05:32 Diperbarui: 24 Januari 2024   21:42 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diversifikasi Pusat Keunggulan (sumber : pribadi, image creator, bing.com) 

Sejak isu pemindahan ibukota negara, Pemerintah membuat narasi akan mengubah Jawa-Centris menjadi Indonesia-Centris. Untuk konteks itu, sejak kepemimpinannya Jokowi menyebut "Pembangunan infrastruktur sekarang tidak Jawa-sentris tetapi Indonesia-sentris. Alhamdulillah ini sudah dua tahun tol trans-Sumatera sudah dimulai dari Lampung menuju ke Aceh," ujar Presiden (2016).

Istilahnya menarik, khususnya dalam paparan politis, atau kampanye politik. Penggunaan istilah Indonesia-centris, seakan-akan mampu menjadi jembatan-emas untuk membangun kebersamaan dan keadilan. Seakan-akan demikian.

Adalah penting untuk didukung, jika yang dimaksud dengan Indonesia-sentris itu adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.  Garis bawahi di sini. Kita setuju, dengan pemaknaan seperti ini. Kita tidak menolak gagasan untuk membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.  Tema atau gagasan yang akan dicoba untuk dikuliti, bukan gagasan-dasarnya, melainkan konsep atau istilah yang digunakannya.

Ada beberapa argumentasi yang bisa diajukan di sini. Kalau misalnya, Indonesia dianggap ada dalam satu lembar peta, yang terdiri dari sejumlah pulau. Kemudian, kita menyebutkan, bahwa pembangunan Indonesia itu adalah Indonesia-sentris, lantas jika ada yang disebut sentris, peripheralnya siapa ? Akankah, kita menyebut, Indonesia-centris dengan memosisikan negara tetangga sebagai peripheral ?

Sebagai sebuah visi dan misi, Ok. Kita bercita-cita, akan menjadikan Indonesia sebagai pusat-perhatian dunia. Sementara faktualnya hari ini, pusat perdagangan ada di Singapura, pusat teknologi ada di Jepang, pusat ekonomi ada China, pusat perfilman ada di India, lantas posisi Indonesia di mana ? ini kita baru bicara Asia, belum dunia. Karena itu, penyebutan Indonesia-sentris, menjadi kabur unuk memetakan kemampuan ekologi-pembangunannya.

Bagi orang Geografi, atau yang memahami kawasan atau wilayah, akan sulit untuk memahami konsep politik ini. Tetapi, konsep Indonesia sentris sebagai sebuah konsep politik dan ideologis, mungkin akan dianggap sebagai konsep yang mampu menarik dukungan dan simpati banyak orang.  Karena istilah indonesia-sentris, seakan meraih semua pihak dan meraih semua elemen.

Namun demikian, sekali lagi, perlu disampaikan, bila yang dimaksudkan itu, adalah Indonesia sentris dalam konteks Kenusantaraan, maka akan muncul pertanyaan, memangnya Indonesia itu dimana titik posisinya ? kalau semuanya jadi pusat, maka sulit dinalar untuk menjelaskan yang tidak jadi pusat, karena pusat pasti satu titik, dan yang lainnya belum jadi pusat. Bukankah Indonesia itu adalah dari ujung sabang sampai merauke yang begitu luas ?

Terkait  hal ini, orang Geografi khususnya, akan melihat teori pusat sentral (central-place) sebagai acuan pemikirannya. Bahwa dalam setiap wilayah, akan ada pusat-pembangunan yang faktual. Pusat pembangunan yang faktual, itulah sentralnya, dan daerah lainnya akan menjadi daerah pendukung dan ikutannya, atau disebut hinterland. Dengan demikian, pusat pembangunan itu, dalam satu kawasan (NKRI) akan tumbuhkembang pada satu titik keunggulan.

Berdasakan pertimbangan ini, maka mungkin jadi, gagasan Geografik  jauh lebih realistis, dibanding sebutan politis mengenai Indonesia sentris. Dengan gagasan Geografik ini, kebijakan yang perlu dikembangkan itu adalah diversifikasi pusat keunggulan pada seluruh kawasan Indonesia, dengan menerapkan pusat-keunggulan-wilayah (center of excellence location). Dengan mengembangkan model pusat-pusat keunggulan wilayah itu, Pemerintah dituntut untuk membangun infrastruktur yang mumpungi di setiap daerah yang dijadikan sebagai pusat-pusat keunggulan daerah. 

Selas dengan namanya, pusat keunggulan daerah tidak akan mewajibkan sesuatu hal yang sama. Bisa jadi, Jawa Barat memiliki pusat keunggulan industri yang bebeda dengan Maluku atau Sumatera Utara. Semua itu, bergantung pada hasil analisis kemampuan daerahnya, dalam mengembangkan keunggulan daerah masing-masing.

Dengan demikian, pemindahan Ibukota negara, pada dasarnya, tidak ada kaitannya dengan menjadikannya Indonesia sentris dari  Jawa Sentris, melainkan hanya ikhtiar membangun keunggulan baru di tempat baru, dan dengan cara seperti ini, diharapkan akan lahir keunggulan-keunggulan daerah yang lebih banyak, merata daerahnya dengan keunikannya yang berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun