Untuk konteks Indonesia, misalnya, ada pertanyaan, apakah belajar geografi ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dapat dikategorikan sebagai model pembelajaran mengenai geospasial ?
Sekali lagi, sebagai miniatur geospasial alamiah (natural geospatial), sudah tentu bisa dipahami dan diakui. WDW dan TMII adalah salah satu karya manusia dalam  mengangkat geospasial alamiah menjadi destinasi wisata. Hanya saja, karakte dari geospasialnya itu sendiri, sudah tentu adalah  berbeda dengan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk membedakannya, dapat disebut sebagai geospasial buatan (artificial spatial).
Lha, bila demikian adanya, bagaimana dengan kota-kota lain, yang dihadirkan dimuka bumi, sebagai sebuah rekayasa kota yang dirancang dari awal, misalnya Kota Baru Parahiayangan, Sumarecon, dan IKN ? apakah titik geospasial daerah itu, masuk kategori geospasial alamiah atau geospasial buatan ?
Contoh lain, bagaimana kawasan destinasi wisata atau kuliner, yang kerap menghadirkan nuansa desa di perkotaan, atau nuansa negara lain di negeri kita ? apakah geospasial itu sebagai kategori geospasial alamiah atau geospasial buatan ?
Sampai pada titik inilah, kita ketengahkan empat kategori geospasial yang hari ini berkembang di permukaan bumi ini.Â
Bagaimana menurut pandangan pembaca ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H