Tetapi, manakala ada yang suka menyebut "saya setuju dengan paslon.....", maka sejatinya menggambarkan paradigma atau pola pikir dan strateginya tidak jauh berbeda. Bila demikian adanya, alih-alih harus berpisah koalisi, kenapa dari awal tidak berkoalisi saja, jika gagasan dan pemikirannya cenderung sama?
Dari konteks inilah, maka pola komunikasi dalam debat itu, sesungguhnya memberikan gambaran nyata, bahwa perbedaan koalisi atau partai di negeri kita, kadang bukan karena adanya perbedaan paradigma atau strategi pembangunan.Â
Bukan, karena pada kenyataannya, khususnya kalau dialog, rancang bangun dalam bidang pertahanan, pemerintahanan, ekonomi ataupun yang lainnya, relatif mampu menunjukkan narasi-narasi yang sama.
Andaipun ada perbedaan, hal-hal sering muncul perbedaan data. padahala, secara konseptual, perbedaan data apalagi hanya berbeda angka, tidaklah mengubah pola pikir. Sebab, data kecil pun, andai disasar dari paradigma beda, sejatinya bisa melahirkan pandangan dan solusi yang berbeda pula. Oleh karena itu, berbeda data dalam jumlah, secara nalar (penulis) bukan sesuatu yang prinsipil dalam membedakan perbedaan sudut pandang.
Perbedaan diskusi di kelas dengan di pilpres, hanyalah pada bagian akhirnya. Kalau diskusi atau perdebatan di kelas, suka ada kesimpulan yang disepakati. Kalau dalam pilpres tidak ada kesimpulan, biarkan publik menilai argumentasinya.Â
Dari sini, kita tersadarkan.....
o..... mungkin itu ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H