Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Kompeten, tapi Ngonten

30 Desember 2023   05:35 Diperbarui: 30 Desember 2023   05:37 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini. Kalau kita, menemukan banner, selebaran kegiatan dengan bentuk seminar, webinar atau talkshow, mungkin ada yang sempet bertanya, "mengapa dia jadi pembicara dan kita sekedar jadi pendengar ?, atau dalam kesempatan lain, "mengapa orang lain, memercayakan kepada kita untuk jadi pembicara, sementara orang lain, cukup jadi peserta kegiatan ?",   apakah karena satu diantara orang itu, ada yang dianggap lebih cerdas dibanding yang lainnya, atau ada alasan lain yang menyebabkan hal itu terjadi ?".

Seperti yang kita saksikan bersama. Dalam era digital 'kehausan informasi ini', banyak orang yang mencari-cari informasi. Dicarinya informasi, baik itu yang berasal dari sumber tertulis, visual maupun juga auditif. Pokok soal, dari ragam sumber, akan berusaha dicari dan dimanfaatkannya untuk proses pematangan diri.

Bukankah generasi kita disebut generasi milenial, akankah mereka tetap memiliki ambisi untuk meraup dan meraih hal-hal serupa tadi ? dalam benak kita, siapapun kita, dan apapun nama generasi kita, akan tetap memiliki kebutuhan untuk hal itu. Mungkin hal  yang akan menjadi pembedanya adalah informasi apa yang diinginkannya, dan media apa yang digandrunginya.

Memang untuk konteks seperti  ini, akan terjadi 'kekacauan orientasi', atau lebih ekstrimnya lagi, di saat ada kegalauan eksistensial, manusia akan mengalami kekacauan orientasi.

Seseorang yang semula dianggap cerdas, di era serupa ini ujug-ujug berubah pikiran. Dulu dia mengakan, "pilihlah pemimpin yang memiliki kualitas diri, demi masa depan bangsa dan negara", tapi karena ada 'angin-politik' yang berubah, kemudian diganti kalimatnya menjadi "menjadi pemimpin itu, bukan karena kecerdasannya, tetapi karena disukai oleh kebanyakan orang..".

Memang betul. zaman sekarang ini, bukan masalah dia itu competen atau tidak, melainkan siapa yang bisa ngonten atau tidak. Inilah persoalannya. 

Zaman kita ini, bukan masalah pintar atau  tidak, melainkan masalah viral atau tidak. Jadi, pintar dan intelektual, bisa dikalahkan olah kemampuan sesuatu yang membuatnya viral. Viral dan intelektual, dua hal yang beda, dan bisa membedakan. Itulah, gejala yang terjadi hari ini.  Competence dengan Ngonten, adalah dua hal yang beda, dan bisa membedakan. Inilah, zamannya, dan inilah zaman kita.

Sekali lagi,  kita ajukan pertanyaan, mengapa hal ini terjadi ?

maksud diajukan lagi pertanyaan itu, supaya kita kembali merenungkan masalah yang diawal itu. Artinya, kalau tadi kita mencoba menjelaskan (walau belum begitu jelas), mengenai kekacauan orientasi, karena adanya kegalauan eksistensi, jangan-jangan ada sudut pandang lain, yang bisa menerangkan masalah ini.

Ya, betul, sudut pandang lain, yakni menggunakan permainan kata yang berbeda. Artinya, bukan kekacauan orientasi karena kegalauan eksistensi, melainkan  adanya kekacauan eksistensi, sehingga menjadikannya kegalauan orientasi. Nah, kepikiran demikian kan ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun