Bencana alam terjadi di berbagai daerah di negeri kita. Dalam satu pekan ini, setidaknya tidak kurang 10 informasi bencana gempa terjadi diberbagai daerah. Â Misalnya, gempa dengan magnitudo (M) 6,9 mengguncang Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.. Pusat gempa 94 km timur laut Maluku Tengah.Â
Gempa dengan magnitudo 3,8 pada, Jumat (1/12/23) sore hari. Gempa yang mengguncang Nagan Raya, Aceh ini terjadi pada pukul 17.50 WIB. Gempa ini merupakan jenis gempa tektonik.Â
Pada hari ini jelang akhir pekan, Jumat (1/12/2023), lindu kembali menggetarkan Indonesia. Hingga pukul 20.00 WIB, ada satu kali gempa hari ini terjadi. Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lindu tersebut menggetarkan pagi tadi pukul 07:15:09 WIB di wilayah Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun, karena hiruk pikuk pemilu, berita-berita serupa itu, hampir dapat dikatakan, senyap dan hilang dalam nalar dan narasi kita saat ini. Paling-paling, nanti kalau muncul korban jiwa yang tinggi, muncul pemberitaan, instansi kecolongan, instansi itu tidak tanggap, dan instansi itu, lemah dalam mengantisipasi potensi bencana. Sebuah narasi dan logika yang hampir berulang di setiap saatnya.
Padahal, ini, dalam pikiran kami sebagai warga biasa, kita mestinya tetap fokus dalam kehidupan nyata. Masalah politik adalah penting, peka, peduli dan berpartisipasi dalam dinamika demokrasi adalah penting, namun kepekaan dan kepedulian kita kepada sesama manusia, tetaplah harus diutamakan.
Memang betul, kadang kita diselimuti oleh berita-berita mind-stream (arus utama). Istilah arus utama itu, maksudnya bukan berita dari media massa mayor (besar dan utama), tetapi juga medsos yang ada dalam genggaman tangan kita. Apa yang dibicarakan di ruang itu, maka tema itulah yang menjadi bahan pembicaraan kita selama ini. Padahal, diluar tema itu, masih ada masalah yang depat dengan kehidupan kita, yang juga perlu mendapat perhatian yang seksama. salah satu diantaranya, adalah masalah kebencanaan yang ada di sekitar kita.
Sehubungan hal inilah, maka pentingnya jurnalisme kebencanaan, atau jurnalisme mitigasi bencana, menjadi kunci dalam memainkan pola komunikasi dan interaksi dengan masyarakat. Maksud dari jurnalisme kebencanaan ini atau lebih luasnya untuk zaman kita ini bisa disebut netizen kebencanaan, yakni memainkan peran untuk getol mengomunikasikan masalah-masalah kebencanaan dan mitigasi kebencanaan.
Netizen kebencanaan diharapkan dapat menjadi komunitas efektif dalam menyampaikan pesan-pesan antisipasti dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan potensi bencana. Dengan hadirnya komunitas ini, diharapkan masyarakat kita dapat hidup dengan nyaman dan ramah dengan lingkungan.
Hidup nyaman, artinya kta mendapatkan ketenangan dalam menempati sebuah ruang- Sedangkan ramah dengan lingkungan, maksudnya yaitu setiap individu dapat berinteraksi secara harmoni dengan alam, dan memiliki visi yang sama, untuk menjaga kelestarian lingkungan dan ras manusia.Â
Dengan tumbuhsuburnya netizen kebencanaan atau netizen peduli lingkungan, Indonesia yang dikenal sebagai perahu diatas lembengan aktif bumi, akan menjadi perahu indah, dan bisa berlayar di gelombang litosfera secara aman, dan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H