Ada yang menarik dari kasus Luis Rubiales, ketua PSSI-nya Spanyol.  Di akhir Agustus, 28/8/2023, Spanyol memenangkan pertandingan dalam perhelatan Sepakbola Wanita Sedunia. Spanyol mengalahkan Inggris, 1-0. Gol dilesatkan oleh Olga Carmona, pada  menit ke-29. Dengan kemenangan itu, Spanyol di ganjar sebagai Juara pertama dalam kejuaraan Dunia sepakbola Wanita di tahun ini.
Kebahagiaan dirayakan. Semua orang menyaksikan. Kebahagiaan pun diluapkan, dan terluapkan. Tak terkecuali, dari Luis Rubiales, yang  menjadi ketua PSSI-nya Spanyol saat pemberian medali kepada sang Juara. Salah satu ekspresi dari Luis Rubiales, adalah dengan memeluk dan menyalaminya. Hal yang istimewa dan mendapat perhatian dunia, adalah Rubiales, memeluk dan mencium bibir sang bintang Spanyol, Jenniper Hermoso.
"reuwas ka reureuhnakeun", mungkin itulah istilah orang Sunda. Kaget, dan merasa sangat gundah setelah mengalaminya. Itulah yang dirasakan Jennifer Hermoso. Dirinya merasa tidak ada persetujuan, dan tidak ada keinginan untuk hal itu. Namun tak disadarinya, bahwa dirinya 'menjadi objek luapan kebahagiaan orang lain". Â Perasaan itulah yang diungkapkan, selepas ada tanggapan dari netizen terhadap peristiwa tersebut.
Melihat dan menyaksikan kejadian itu, dunia heboh. Â bahkan elit politik di internal Spanyol pun, memberikan tanggapan. Demikian pula, sejumlah atlit sepakbola dunia. Â Kendati sudah memberikan konferensi pers, namun komentar terhadapnya masih terus berlangsung.
Setelah pernyataanya pada Jumat tersebut, semakin banyak kritik datang kepada Luis Rubiales, termasuk dari mantan pemain Spanyol David de Gea dan Iker Casillas.
David de Gea memposting melalui sosial medianya mengatakan "My ears are bleeding (telinga saya berdarah),"
Sedangkan Iker Casillas mengatakan "Total embarrassment, (Sangat memalukan)."Â
Bahkan, lebih jauh dari itu FIFA pun, berencana untuk melakukan sidang etik terhadap kasus dimaksud.Â
Pertanyaan kita, mengapa ha itu terjadi, di negara yang konon memberikan keleluasaan terhadap hak asasi dan liberalisme ?
Catatan  pertama, kita menemukan kebenaran, bahwa pelaksanaan hak asasi dan kebebasan tidaklah bisa anarkhis. Hak asasi manusia, tetap dibatasi oleh hak asasi dan kerelaan dari orang lain. Di sinilah, masalahnya.Â
Hal kedua, yang menjadi penting untuk dicermati pula, bahwa ciuman, bukan sekedar budaya, melainkan ada norma dan kepatutan. Karena itu, masalah ciuman, sebagaimana yang terjadi pada Jennifer Hermoso dan Luis Rubiales ini, satu sisi ada sisi hak-asasi atau kebebasan, sedangkan di sisi lain ada kepatutan atau norma sosial. Artinya, selain hak ada akhlak !