Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pikukuh Baduy: Di Tengah Tekanan Global

24 Maret 2022   06:37 Diperbarui: 24 Maret 2022   07:04 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi, kita akan mendapatkan pelajaran penting mengenai sikap dan budaya hidup orang Baduy (Urang Kanekes). Dalam terminology umum, secara nasional, ada istilah Suku Adat Terasing. Sebutan ini, merujuk pada sejumlah suku adat di Indonesia yang masih menggunakan adat dan norma nenek moyang dalam tatanan kehidupannya. Salah satu diantaranya adalah Suku Adat Baduy di Propinsi Banten.

Pertanyaannya, "apakah Suku Baduy, masuk kategori suku terasing ?" untuk menjawab pertanyaan ini, kiranya, setiap penanya, dipaksa harus mengubah  pemahaman atau pemikirannya sendiri. Sebab, kalau yang dimaksud terasing itu adalah terpisah dari komunitas lain, maka jawaban itu, akan sulit diterapkan dalam menggambarkan Suku Baduy.

Ayah Mursid, misalnya, sebagai jubir Urang Kanekes,  saat ditanya mengenai persepsinya mengenai kebudayaan dan peradaban modern, dengan tegas mengatakan :

Di Indonesia banyak adat dan budaya. Namun kebanyakan saat ini, sudah punah karena tekanan budaya global. Kami - suku Baduy, masih tetap bertahan. Selama kita kuat dan bersatu dalam memegang adat, maka kita tak akan pernah kalah.

(Sumber : Mataharitimoer, 2010:26)

Kemampuan berbahasan Indonesia, kecerdasan dalam menganalisis mengenai nasib sejumlah budaya di tengah tekanan globalisasi, serta penetapan sikap Urang Kanekes dalam menghadapi tekanan global, menunjukkan literasi budaya yang luar biasa. Padahal, dalam waktu yang bersamaan, Ayah Mursid disebut-sebut sebagai orang Baduy. Berdasarkan pertimbangan itu, maka sebutan terasing menjadi sangat sumir atau tidak jelas.

Dalam praktek keseharian pun, Urang Kanekes tidak memisahkan diri. Betul, jika yang dimaksudkan dengan komunitasnya, atau  tempat tinggalnya, jauh dari hiruk pikuk budaya Kota, tetapi pola kehidupannya, Urang Kanekes tidak memisahkan diri dari hirup pikuk Kota. Hal ini, tampak dalam praktek jual beli kekayaan alam, dan atau pun komunikasi dengan Pemerintah Daerah, seperti Bupatu Lebak.

Seiring dengan kenyataan itu, maka Suku Baduy di Banten, bukan suku adat terasing, karena mereka berinteraksi dengan masyarakat luar. Suku Adat BAduy bukan suku tertinggal, karena literasi ekologinya selaras dengan kebutuhan lingkungan abad modern. Suku Adat Baduy adalah suku bansga yang memegang teguh ajaran nenek moyang, dan hal ini, harus dibedakan dengan stigma terasing, terbelakang atau primitive.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun