Layarnya hadir disetiap waktu. Tak ada detik yang berlalu, tanpa layara dihadapanmu, juga aku.
Jika disebut, medsos adalah diriku, maka itu jugalah bukan diriku. Karena hatiku, bukan apa yang dituliskan di statusku. Walau itu, kadang tentang diriku, tapi bukan selalu tentangku.
Medsos itu bukan dirimu. Wajahmu menghiasinya, dan kadang dengan penuh senyum dan pesona yang menggairahkan. Tetapi itu bukanlah rona pipimu, karena di sana ada sentuhan aplikasi yang ku tahu, buah dari tanganmu dan bukan buah dari hati nurani
Medsos bukanlah kita. Kau komen, kadang ku diam. Aku koment, kadang kau sekedar klik like. Entah apa maksud dibalik itu semua. Sebuah kesadaran yang hadir dalam diri kita, atau sekedar sebuah mekanisme mesin dalam mengiyakan apa yang tengah terjadi dalam  kehidupan kita saat itu.
Medsos bukanlah kami. Pesanmu  kadang jarang ku cerna, tapi pasti ku bagikan pula. Kirimanmu kadang ku terima, bukan untuk dikaji dan ditelaah, namun untuk sekedar meramaikan isi group biar dirasa aktif dan menggembrikan.
Medsos itu, bukan itu semua. Ada percikan cahaya yang mengiringi setiap gerak pesan yang beterbangan. Kendati tanpa arah, namun ku yakin, debu-debu pesan itu ada pula yang mengendap di benak-benak sebagian kita.
Aha ! mungkin itu adalah percikan air-segara menyegarkan, atau malah air comberan yang membusuk. Â Mengendap di benak sebagia diantara kita.
Aha ! medsos itu ibarat rimba belantara. Hanya mereka yang mampu menghirup udara segar, yang mendapatkan keindahan alam terkini dan kekinian. Selain itu, tersesat dalam ramainya belantara !
Aha ! Â berselancar di medsos, tak jauh berbeda dengan menyelam dalam lautan. Andai tak kuasa menahan dan mengatur napas, kau akan tenggelam dalam kepayahan.
Layar hadir setiap saat, dan setiap saat memaksa untuk menatap layarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H