Di luar persoalan itu, kita bisa menemukan, sebuah gambaran, bahwa makna sekolah bagi masyarakat kita pada cenderung memiliki makna (1) institusi yang diharapkan dapat membantu memberikan keterampilan dan pengetahuan lebih kepada anak-anak, di luar transformasi  nilai dan keterampilan yang diberikan orangtua di rumah, dan (2) lembaga sekolah, memiliki makna sebagai sebuah institusi yang diharapkan dapat menjaga keseimbangan status sosial, atau karir orangtua.Â
Dengan kehadiran sekolah, diharapkan dapat memainkan fungsi kepanjangan tangan orangtua, dalam mendidik dan mendewasakan anak, dengan tanpa harus mengganggu karir dan tugas sosial dan profesi orangtuanya masing-masing.
Simpul pemikiran ini, terkonfirmasi dengan nyata, pada saat, sebagian orangtua merasa sibuk dan tersibukkan oleh masalah anaknya di rumah, saat BDR, dan kemudian dianggapnya sebagai bagian dari ketidakberdayaan dirinya dalam memaksimalkan fungsid an karirnya di pekerjaan. karena itu adalah wajar, jika sebagian orangtua mulai meneriakkan, "belajar tatap muka dong..!" walaupun dengan alasan yang tidak eksplisit mengarah ke penyelamatan karir orangtuanya sendiri !
Khusus untuk mengurangi kejenuhan anak menjalani BDR, maka mau tidak mau, tim manajemen lembaga pendidikan, harus melakukan perubahan radikal dalam model pembelajaran BDR atau PJJ-nya.Â
Perubahan model ini, satu sisi diharapkan dapat dilakukan dengan prinsip pemvariasian model, sehingga tidak monoton, dan membangun keaktifan anak untuk belajar dan interaktif jarak jauh, bukan pembelajaran jarak jauh satu arah. Tip dan trik inilah yang diharapkan mampu mengurangi kekecewaan orangtua tersebut!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H