Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengalahkan Jarak, Memenangkan Percaya Diri

10 Juni 2020   06:24 Diperbarui: 10 Juni 2020   06:25 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"nanti yach, sama ayah dibuatkan sketsa kaligrafinya, biar mudah untuk mengerjakan khat, tugas dari Bu guru...!" tawarku kepada anakku, yang baru berusia menjelang 10 tahun.

Sejatinya. Mungkin bagi ragam kalangan, kemampuan menulis pada usia 10 tahunan, mestinya sudah bagus. Mestinya sudah layak baca. Itulah pada umumnya, yang ada dalam benak kita. Tetapi, bagi anakku, yang belajar di sekolah umum, menulis indah huruf arab, merupakan sebuah tantangan luar biasa.

Di zaman yang serba digital, kerap kali, keterampilan tulis manual oleh tangan mulai terabaikan. Jangankan keterampilan menulis indah huruf asing (seperti huruf Arab), untuk sekedar tulisan latin Melayu pun, anak-anak sekolahan zaman sekarang banyak yang masih sulit dibaca atau terbaca oleh orang lain. Keterampilan tulis tangan, seakan terhapus oleh keterampilan memijit tombol di ponsel atau komputer.

Saya termasuk orangtua yang memiliki prasangka serupa itu. Anakku, yang lahir di zaman milenial, yang disebutnya sebagai generasi Z, terbayangkan sebagai anak yang memiliki keterampilan praktis dalam menyampaikan gagasan, tetapi mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan tulis tangan manual. Oleh karena itu, dengan rela untuk membuatkan sketsa teks al-Qur'an sebagai alat bantunya. 

Sketsa yang kubuatkan pun, pada dasarnya adalah karya digital komputer, yang warnanya diburamkan, untuk kemudian diharapkan dapat membantu mengerjakan tugas anakku, menulis indah (seni tulis Islam, yang disebut khat)  yang banyak ditemukan pada mushhaf (kitab suci al-Qur'an).

Pagi hari dijanjikan serupa itu, siang harinya, ku bawakan dari tempat kerja, beberapa lembar kertas yang sudah terisi sketsa teks al-Qur'an surat al-Luqman, yang berisi 34 ayat. Cukup membutuhkan kerja keras, karena bisa menghabiskan empat lembar kerta A-4.

Hal yang tak terduga, lembaran yang kubawa itu, ternyata telat. Di sebut telat, karena anakku, sudah mulai mengerjakan tugas dari gurunya, yang diberikan dengan teknik Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dia sedang serius mengerjakan hal itu, tanpa ada sketsa atau tulisan bantuan sebelumnya.

Sekali lagi, hal yang mengagetkan, karyanya tersebut, saya pikir jauh lebih baik dari tulisanku sendiri. Indah, dan sangat indah untuk kategori umurnya, serta bagi dia yang belajar di sekolah umum.

Untuk tugas menulis khat, dengan maksud menulis ulang sebuah surat dari kitab suci al-Qur'an, sebanyak 4 halaman, bukan sebuah pekerjaan yang mudah bagi anakku. Membutuhkan waktu berhari-hari. Maklum, karena kondisi fisik yang sedang terkuras oleh aktivitas harian di bulan suci Ramadhan. Pada sisi lain, tanpa kontrol ketat dari sang Guru.

"gak apa-apa, kata bu guru juga, boleh nanti, waktunya juga lama...." Anakku memberikan alasan, mengapa tugas itu bisa ditangguhkan untuk beberapa saat, untuk sekedar rehat atau mengisinya dengan kegiatan hiburan lainnya, termasuk memainkan gadget, dengan pulsa unlimited. Melihat kelakuan anakku itulah, saya jadi teringat @triIndonesia, #KalahkanJarak untuk tetap produktif bersama jaringan baru Tri.

Hemat kata. Tugas anakku itu, bisa diselesaikan sesuai waktunya. Kurang lebih satu minggu. Setelah itu, kemudian dikirimkannyalah  tugas pembelajaran jarak jauh itu kepada gurunya di sekolah, dengan memanfaatkan fasilitas medsos yang dimilikinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun