Mohon tunggu...
Momon Lentuk
Momon Lentuk Mohon Tunggu... -

Penulis artikel, pemerhati masalah pendidikan dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sopir Taksi Lebih Pintar

14 April 2015   05:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertanya aku ke sopir taksi

- mengapa jatuh ke sopir?

Jawabnya singkat sederhana

- perkara perut

Mau tahu paling pangkal kian menggebu

- bukan sebab mulut?

Menyangkal kini jawabnya

- makan masuk mulut disimpan di perut, bukan dibalik!

Penasaranku bukan main atas jawabnya

- tapi engkau sarjana penuh!

Jawabnya nyaan makin menyangkal

-belum ada undang-undang sopir taksi jangan sarjana

-belum ada undang-undang setiap sarjana wajib jadi pegawai negeri

-belum ada undang-undang sarjana adalah mahluk intelek yang harus dilindungi

-belum ada undang-undang bila pegawai negeri adalah sarjana, maka gajinya tidak

sama dengan yang bukan sarjan yang walaupun masa kerjanya telah menguap lama

Mulai terpepet aku atas jawabnnya. Tapi pertanyaan-pertanyaan penasaran berdesak-desakan mendesak mululutku habis-hasbisan untuk menyampaikannya padanya.

Diam aku, malu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun