Mohon tunggu...
Diah Hidayanti Nuraeni
Diah Hidayanti Nuraeni Mohon Tunggu... Bidan - Beropini

Dear Diary... fooding, traveling, streaming, reading,etc

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sex Education

13 November 2022   17:02 Diperbarui: 13 November 2022   17:56 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kayanya pembahasannya bakal agak berat dari biasanya sih, mencoba keluar zona membuat artikel yang agak ilmiah, hehe. Di artikel saya yang ini mau sedikit sharing pengetahuan untuk teman - teman pembaca dari bacaan yang saya baca, entah dari buku atau dari artikel ilmiah. Rencana nya akan di buat part lagi seperti artikel saya tentang Manusia & Ego. Kali ini yang mau saya buat adalah tentang pendidikan sex.

Artikel ini saya buat karena kepedulian terhadap orang dengan penyakit menular seksual, maraknya anak muda yang berhubungan sex bebas, pelecehan seksual, dan para orang tua maupun calon orang tua di luar sana agar menjadi pengetahuan dan pendidikan untuk generasinya.

Berbicara tentang sex education atau pendidikan tentang sex, sudahkah di Indonesia menerapkan pendidikan ini? Pendidikan sex mencakup soal kebersihan organ reproduksi bagaimana cara merawat dan menjaganya serta pengetahuan akan penyakit yang dapat timbul, bahkan bagian - bagain dari organ reproduksi itu sendiri dan kegunaannya.

Ketika keingin tahuan anak mengenai organ reproduksi yang mana sering di abaikan oleh para orang tua karena bingung bagaimana menjelaskannya misalnya, lantas pada siapa anak bertanya? Bagaimana jika anak mendapat pengetahuan yang salah? Padahal pengetahuan sex ini sangat penting dan berpengaruh untuk kehidupannya di masa depan.

Pendidikan mengenai sex penting di terapkan sejak dini di keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak, bukan hanya di bangku sekolah. Oleh karenanya, orang tua   mesti mengetahui hal apa saja yang mesti diajarkan dan tahapannya menurut usia sang anak, entah untuk laki - laki apalagi perempuan yang mana lebih kompleks lagi jika membahas tentang reproduksi.

Jikalau begitu, orang tua harus diberi bekal dong untuk mengenalkan mengenai sex ini di rumah ?

Menurutku, banyak nya orang hamil di luar nikah salah satu nya ketidaktahuan akan pendidikan sex ini. Bukan berarti mengajarkan anak muda mengenai pendidikan ini agar dapat dengan bebas melakukan hubungan sex di luar nikah, namun lebih baik dibekali sejak dini agar hal yang tak di inginkan tidak terjadi bukan? Dan kita pun sama - sama tahu bahwa berganti pasangan sex itu mengundang penyakit. Diharapkan anak- anak muda dapat mengetahui dampak nya bagi masa depan sehingga dapat lebih menjaga diri lagi.

Dukungan orang tua untuk pendidikan sex merupakan hal yang sangat penting. Dalam jurnalnya Eisenberg dkk menyebutkan, Comprehensive sexuality education (CSE) atau Pendidikan seksualitas komprehensif telah terbukti mengurangi perilaku pengambilan risiko seksual dan mempromosikan perkembangan seksual yang sehat, dan penelitian telah menunjukkan dukungan yang tinggi untuk pendekatan ini.

Pada kedua titik waktu tersebut, sekitar 90% orang tua berpikir bahwa CSE harus diajarkan di sekolah, dengan peningkatan yang signifikan dalam dukungan dalam beberapa kategori demografis. Dukungan untuk memasukkan semua topik spesifik tinggi, termasuk untuk topik yang biasanya dianggap sangat kontroversial (misalnya, identitas gender, 68,7%; aborsi, 77,7% pada tahun 2021). Orang tua mendukung memperkenalkan sebagian besar topik di tahun-tahun sekolah dasar atau menengah. 

Pertanyaan nya apakah pendidikan di Indonesia sudah memasukan pendidikan sex ini pada kurikulum sekolah nya?

Berikut saya ambil dari salah satu artikel dari ilmuan lain yang saya dapat dari google schooler. Masa remaja adalah masa perkembangan sosial yang intens bagi kaum muda karena mereka semakin bergantung pada teman sebaya daripada orang tua, mulai mengeksplorasi hubungan seksual dan romantis, dan menetapkan pola perilaku untuk hidup mereka (Patton et al., 2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun