[caption caption="Sumber gambar : dinendras.wordpress.com"][/caption]Sumber gambar : dinendras.wordpress.com
TEMPO.CO, Jakarta - Lailatul Qadar makin popular setelah memasuki hari-hari akhir Ramadan. Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada Ramadan, yang dalam Al-Quran digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Malam ini juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al-Quran. Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al-Quran.
Menurut Quraish Shihab, kata qadar sesuai dengan penggunaannya dalam ayat-ayat Al-Quran dapat memiliki tiga arti, yakni:
1. Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad-Dukhan ayat 3-5: Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami.
2. Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik, "Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat."
3. Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr. Penggunaan qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar-Ra'd ayat 26, "Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)"
Â
Dalam Al-Quran, tepatnya Surat Al-Qadar, malam ini dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu bulan (97:1). Pada malam ini juga dikisahkan Al-Quran diturunkan, seperti dikisahkan pada Surat Ad-Dukhan ayat 3-6 (44:3).
Â