Mohon tunggu...
Dewi IndahYuliati
Dewi IndahYuliati Mohon Tunggu... Freelancer - Mom and Entreprenuer

Seorang Ibu rumah tangga dengan dua putri sholehah dan seorang suami sederhana tapi istimewa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Peran JNE di Balik Senyum Ibu Hari Itu

31 Desember 2020   22:52 Diperbarui: 31 Desember 2020   22:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya bahagia itu sederhana, yakni ketika saya bisa memberi perhatian kepada orang yang saya cintai.  Sosok itu adalah ibu saya.  Bulan desember adalah kelahirannya.  Sekian do'a dan ucapan selamat selalu saya sampaikan untuknya.  Karna mengikuti suami, kami dipisahkan jarak, beliau di Jakarta sedang saya di Kalimantan.

Biasanya satu tahun sekali saya silaturrahmi dengan beliau ketemu langsung bersama keluarga, kadang beliau yang kesini.  Sedangkan silaturrahmi online hampir tiap waktu kami lakukan.  Kondisi pandei saat ini menyebabkan silaturrahmi langsung kami terkendala, selain kondisi beliau yang sudah uzur, juga lingkungan tempat tinggal beliau masuk kategori zona merah, bahkan tetangga sebelah rumah positif covid-19.

Saya sangat sedih begitupun dengan beliau, beliau sangat berharap bisa mengunjungi kami untuk menengok anak saya yang baru berusia 7 bulan.  Kala itu beliau ingin ke sini, menemani saya lahiran, tapi pandemi covid begitu ganas.  Saya hanya ditemani suami ketika melahirkan di rumah sakit, pengunjung dibatasi, protokol kesehatan diterapkan, di ruangan lain pasien covid dilakukan tindakan, sedih bercampur was-was hadir ketika itu. Sedih karena ibu tak mendampingi, was-was karena berada di tempat yang rentan tertular covid.

Alhamdulillah kelahiran bayi kami lancar, dan bayi mungil itu tubuh sehat.  Tak jarang kami berbagi kebahagiaan pada ibu, momen-momen lucu, kala buah hati tesenyum, mengoceh, merangkak, berdandan, kami photo dan kami kirim ke ibu via WA.  Ibu sangat senang, dan ingin sekali memeluk cucunya itu, tapi apa daya karna Covid, beliau hanya bisa memandanginya dan bercanda lewat layar handphone. Biasanya jadwal rutin kami berkomunikasi dengan beliau setiap sabtu pagi, sedangkan hari-hari lain ketika beliau sedang tak sibuk.  Di sana beliau bersama keluarga kakak yang punya dua anak, Ibu sangat senang merawat dan mendidik mereka.

Saya sedih, kadang melihat matanya berkaca-kaca, keinginannya menjenguk saya belum terwujud, dia ingin sekali ke sini, menurutnya suasana udara di sini masih sejuk, tak ada macet, dia bisa belanja ikan dan sayur segar sepuasnya.  Joging tiap pagi tanpa khawatir covid seperti di tempatnya.  Bersilaturrahmi dengan tetangga yang kapan saja bisa bertemu, sedang ditempatnya kebanyakan pekerja kantoran dan ketika akhir pekan sudah ada agenda sendiri-sendiri.  Ingin sekali menghiburnya, membahagiakannya dengan apa yang dia inginkan.  Ibu sering bicara, biarlah kakak-kakakmu yang laki laki yang menyantuni ibu, sedang engkau cukup bahagiakan ibu dengan perhatianmu.

Dari sini saya sering mendo'akan kebaikan untuk ibu, agar dia sehat, selamat, umur dan ilmunya berkah, serta dikaruniai limpahan kebaikan dan pahala.  Setiap berkomunikasi dengan ibu saya selalu menunjukan wajah dan nada bicara yang ceria, padahal banyak duka dan sekian hal yang ingin saya bagi dan minta nasehatnya.  Tapi saya berusaha kuat dan tabah, saya hanya ingin berbagi bahagia dengannya.  Saya ingin dia tahu, saya di sini dalam kondisi baik dan sehat bersama keluarga.  Walau terpisah jarak, saya ingin dia tetap merasa dekat dengan saya, dan tak sungkan menyampaikan apapun keluh kesahnya, karena saya selalu siap menjadi temannya bicara.

18 Desember adalah hari kelahirannya.  Hari yang selalu dia dan kami anak-anaknya ingat dan nantikan.  Hari yang ingin kami jadikan spesial untuknya, melayaninya, menyenangkannya, dan menunjukkan perhatian kami padanya, bahwa kami sangat menyayanginya.  Sampai kapanpun dan berapapun harta yang kami milki atau kami berikan takkan cukup untuk mengganti perjuangan dan pengorbanannya merawat kami.

Terbersit di benak saya untuk mengiriminya kado, wujud kasih sayang dan perhatian dalam bentuk dompet biasa.  Saya membelinya online dan mempercayakan JNE sebagai pilihan pengiriman kado tersebut.  Kenapa saya memilih JNE ? selain biayanya bersaing, keamanan paket terjaga, progres pengantaran real time, dan barang diterima tepat diwaktu yang saya prediksi. Awalnya saya khawatir, jangan-jangan barang yang saya beli datangnya molor, sempat gelisah, dan WA ibu yang tersenyum gembira menerima kado saya menjawab kegelisahan itu.  Terima Kasih JNE atas profesionalitasnya, pertahankan dan tingkatkan pelayanan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun