Mohon tunggu...
Dewi IndahYuliati
Dewi IndahYuliati Mohon Tunggu... Freelancer - Mom and Entreprenuer

Seorang Ibu rumah tangga dengan dua putri sholehah dan seorang suami sederhana tapi istimewa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anakku Telat Bicara, Ini Caraku Mendidiknya

6 Desember 2020   21:03 Diperbarui: 8 Desember 2020   08:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Menjadi orang tua dengan anak yang perlu perlakuan khusus seperti lambat bicara  atau "Speech Delay" merupakan karunia Allah yang luar biasa, dimana orang tua lain juga pasti mendambakan anak yang sempurna dan tumbuh seperti anak pada umumnya, dengan berbagai ikhtiar yang sudah saya lakukan selaku orang tua mulai dari mengajak anak saya Afiqah terapi bicara di luar kota yang menempuh jarak satu setengah jam , terapi akupuntur di klinik serta terapi bicara dan sensori integrasi di Rumah Sakit Hermina Jakarta Timur selama 6 buln nik angkot 2 kali ,  dan juga pijat di seorang nenek yang dikenal ahli pijat anak serta ibu hamil yang mau melahirkan supaya persalinannya lancar,  di seorang paman di daerah  tempat kami tinggal, serta dititipkan tempat penitipan anak yang anaknya pada cerewet  namun kami percayai amanah tempat penitipannya ,  diberikan suplemen otak yang harganya jutaan dan saat ini yang murah namun banyak yang memakainya untuk sang anak, ibu saya yang minta om mendoakan Afiqah ketika berangkat umroh sebelum pandemi Covid alhamdulillah perjuangan saya  sebagai orang tua tidak sia-sia, walau harus bersabar yang lumayan lama  namanya usaha itu dengan ikhtiar apabila kita terus menerus melakukan inshaallah akan ada hasilnya dengan jadi apabila kita ingin meraih kesuksesan harus dilakukan berbagai usaha dan doa yang kita tidak tau darimana ikhtiar kita yang akan membuahkan hasil.

               Sekarang anak saya Afiqah berumur 6,5 thun yang alhamdulillah sudah mulai lancar bicaranya, bahkan sudah bisa protes kepada kedua orang tuanya,  namun karena pernah konsul ke dokter didiagnosa ada sedikit autis, bagi saya sebagai seorang ibu sudah fitrah akan sedih kalau sang anak mengalami hal seperti itu, karena memang pada dasarnya Afiqah mengerti dengan kalimat perintah yang sering kami lontarkan kepada Afiqah dan Afiqah jug melaksanakan perintah saya, saya jadi berbesar hati anak kami Afiqah akan bisa seperti anak seumurannya , namun walau saya akui saya bukan ibu yang sempurna , terkadang juga bisa emosi yang akhirnya saya harus meminta maaf sebagai salah satu upaya juga memberi anak saya pelajaran kalau kita sebagai insan manusia pernah juga berbuat khilaf dan harus meminta maaf kepada orang yang pernah kita zhalimi. Jadinya perjuangan saya selanjutnya adalalah mengajari Afiqah dengan harapan kelak dia menjadi anak yang mempunyai sopan santun terhadap sesama, awalnya masih suka tantrum namun semakin bertambah usianya semakin kurang tantrum itu kecuali kalau Afiqah masih merasa ngantuk emosinya kurang stabil terkadang juga dia bisa protes dan menangis kalau suami mau bepergian dia tidak diajak serta.

               Kini karena Afiqah sudah sekolah tk menjelang sekolah dasar, syarat memasuki sekolah dasar adalah bisa membaca dan menulis , karena Afiqah saya dampingi belajar, kini dia sudah bisa membaca dan menulis , walau masih belum  lancar sekali, masih perlu banyak usha dan pengajaran yang akan selalu saya berikan supaya Afiqah semakin berkembang.

               Belum juga kalau kita pernah dapat nyinyiran orang yang taunya menilai kita dari penampakan luar saja, saya pun pernah mendapati kata yang sifatnya seperti cemoohan itu, saya yang mendengarkan, tentu saja juga sempat mempengaruhi kondisi psikologis saya  seperti Afiqah dibilang kelainan , ada juga yang bilang jam terbang saya tidak tinggi padahal saya seorang Sarjana, tapi saya punya Allah yang mudah saja memberikan balasan terhadap hambaNYa baik dari perbuatan jahatnya atau perbuatan baiknya walau cuma sedikit , dan benar saja masing-masing mendapatkan balasannya sesuai perbuatannya.

               Kalau terlalu mengikuti omongan orang itu memang tidak akan ada habisnya, maka dari itu saya lebih fokus mengajari Afiqah supaya semakin tumbuh menjadi anak yang sehat dan solehah, serta mengurus suami, di ulang tahun pernikahan saya yang kesepuluh tahun supaya menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah, walau saya tau , pernah melihat berita kejadian ironis yang mudahan saya dihindarkan dari perbuatan tersebut,  seorang ibu yang justru merebut kebahagiaan anak dengan menghabisi mereka ditangan ibu itu sendiri karena sang ibu depresi yang salah satu penyebabnya karena sang suami sudah meninggal karena sakit si ibu tidak bisa mencari uang untuk keperluan anak ( faktor ekonomi), disini saya dapat pelajaran bahwa sosialisasi antar tetangga itu perlu, semakin banyak mendekatkan diri kepada Allah saya juga berusaha bergaul dengan masyarakat, dan untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak saya, karena saya tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga, saya berjualan online yang produknya minuman sesuai dengan jurusan kuliah saya yakni Pendidikan Tata Boga, apalagi kini saya dikaruniai anak gadis lagi adiknya Afiqah yakni Jihane Putri Ayuazkiya yang kini berumur 7 bulan yang alhamdulillah sudah mulai merangkak, dan mengucap nyenyen, acacah dan apapah.

               Kehadiran Jihane berdasarkan pengalaman kakaknya, saya sering ajari berbicara dan juga saya berikan suplemen otak, supaya kelak bicaranya lancar dan juga cepat berjalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun