"Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?" Hafidz membacakan Surah Ar-Rahman dalam Bahasa Arab dengan merdunya. Membuat kita yang mendengarkan seketika merinding.
Acara HDI 2024 tersebut diselenggarakan bekerja sama dengan Darut Tauhid Peduli. Kegiatan utama diisi dengan tausiyah bareng Ustadz Hendra. Sang Ustadz mengajak kita untuk senantiasa bersyukur dengan keadaan diri.
Sebagai disabilitas, ada kalanya sering merasa minder dan bersedih dengan keterbatasan diri. Padahal Allah swt sudah menciptakan manusia dengan sempurna. Orang disabilitas bukanlah bentuk ketidaksempurnaan ciptaan Allah swt. Melainkan bentuk keragaman antar umat manusia.Â
Ustadz Hendra mengatakan kalau setiap manusia diuji dengan kekurangan dan ketakutan. Ada yang diberi kekayaan berlimpah, tapi malah takut miskin. Ada pula yang diberi kesehatan, tapi takut mati. Padahal kematian itu akan dialami oleh setiap manusia.
Pun dengan ujian kekurangan. Orang disabilitas diberikan cobaan jenis ini. Diberikan kekurangan dari segi fisik atau mental, tapi Allah tetap cukupkan selalu nikmat dan rezeki-Nya.Â
Orang disabilitas memiliki caranya sendiri dalam menjemput rezeki. Karena doa senjata kaum mukmin, maka kita mesti senantiasa meminta pada Allah. "Jika doa kita belum terkabul, bisa jadi karena dosa-dosa yang kita perbuat. " kata Pak Ustadz. Solusinya kita meminta maaf pada manusia dan memohon ampun pada Allah swt.
Sesungguhnya kata-kata Pak Ustadz menamparku. Seringkali aku suka tergesa-gesa meminta Allah swt segera mengabulkan doa. Kalau belum terkabul, maka timbullah kekecewaan yang mendalam. Padahal tugas kita hanyalah berdoa. Selebihnya serahkan pada-Nya. Hanya Allah swt yang tahu, saat yang tepat doa kita terkabul.
Di akhir acara, Ustadz Hendra mengajak kami semua berdoa bersama. Setelah sesi doa, dilanjutkan kegiatan makan bersama. Bunda Gendhis sudah menyiapkan soto khas Boyolali yang superr enak. Alhamdulillah, ilmu dapat, perut pun kenyang.Â