Sayangnya sejak era nenekku itu, tak lagi diwariskan ke anak cucu. Akibatnya generasi mendatang seperti aku pun asing dengan bahasa nenek moyangnya sendiri. Duh..
Oleh karena itu, tugas kitalah generasi muda untuk melestarikan dan menyebarkan pengetahuan mengenai aksara ulu. Bila perlu dimasukkan juga ke dalam kurikulum sekolah di Sumsel ini.
Aku mendukung banget kalau aksara ulu ini menjadi salah satu bahasa daerah yang patut dilestarikan. Masuk daftar warisan tak bendanya yang diakui UNESCO biar tak dicolong orang luar.Â
Dalam pameran ini, Kak Dona juga membawa beberapa buku bacaan mengenai aksara ulu yang banyak berisi cerita, puisi dan syair yang ditulis oleh orang zaman dulu.
Aku juga melihat beberapa lempengan kayu berisikan tulisan aksara ulu. Wah keren banget, kapan-kapan mau wawancara lagi sama Kak Dona. Ternyata begini toh nenek moyang menulis "blog".
Di akhir pertemuan kami, Kak Dona memberikan hadiah untuk teman-teman dan admin Kompasiana.
Dia menulis sesuatu dalam aksara ulu. "Jangan lupa posting ya, nanti." pesannya padaku. Tebak gimana dan apa makna tulisannya? Cek di bagian gambar ya..Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H