Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com www.wahkorea.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Palembang ke Lampung Naik Kereta, Pakai Kursi Roda, Bisa!

23 Oktober 2024   14:37 Diperbarui: 23 Oktober 2024   15:03 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi ayam kecap. (Dok. Pri)

Gimana rasanya pengguna kursi roda naik kereta api?

Untuk pertama kalinya aku naik kereta api. Tujuanku menuju Bandar Lampung, dari Palembang. Dari stasiun Kertapati ke stasiun Tanjung Karang. Waktu tempuhnya sembilan jam. Mulai pukul 8.30 hingga 17.30. Lumayan lama juga, ya? Tapi ternyata naik kereta api menyenangkan. Tak kalah dari pesawat terbang.

Pamanku pernah bercerita, kalau dulu sekali kereta api ramai dan sesak. Banyak orang berjualan lalu lalang di atas kereta. Saking penuhnya, bau kentut dan keringat pun seringkali tercium. Akibatnya aksi kriminalitas tak terhindarkan. Ada saja pencopet yang bikin ulah. Buat penumpang mesti ekstra waspada, bila tak mau kehilangan barang bawaan. Nah sekarang perubahannya gimana, ya? 

Serba Praktis dan Mudah, Beli Tiket Kereta 

Kalau dulu, beli tiket kereta api mesti ngantri di loket. Sekarang makin mudah dan praktis. Belinya lewat aplikasi hp saja. Nama aplikasinya KAI Access. Sudah tersedia bagi pengguna Android dan Apple. Dengan aplikasi ini, kita bisa membeli tiket perjalanan berbagai moda transportasi, mulai dari kereta api antar kota, lokal, commuter line, LRT, bandara hingga Whoosh.

Sayangnya khusus di Palembang, tiket kereta yang tersedia hanya kereta api antar kota. LRT masih belum tersedia, padahal sudah beroperasi sejak 2018. Meskipun demikian, sekarang layanan KAI Access bisa untuk banyak hal. Mulai dari pemesanan hotel, isi ulang kartu multi trip, pengiriman barang antar kota, pesan bus dan taksi, beli pulsa dan data, serta bayar tagihan. Lengkap banget! Jadi satu aplikasi bisa memenuhi aneka kebutuhan perjalanan kita.

Saat memesan tiket, Alhamdulillah tanpa kendala. Sebaiknya pesan tiket jauh hari, biar nggak kehabisan. Tersedia opsi pengembalian uang, jika batal berangkat. Aku pesan tiket dan beruntung dapat kursi yang kumau. Karena disabilitas, sengaja pilih tempat duduk dekat pintu. Supaya memudahkan, jika ingin ke luar. Jalan-jalan pakai kereta api ini jujur bikin deg-degan.  Aku jadi penasaran, kira-kira pengguna kursi roda bakalan aman dan nyaman gak, ya?

Perjalanan Pertama, Naik Kereta

Aku pergi ke Lampung tidak sendirian. Melainkan ditemani oleh Ayah dan Mimi (sebutanku untuk mama). Ke sana dalam rangka untuk liburan ke Bandar Lampung. Pergi ke Stasiun Kertapati Palembang pada pagi hari. Pukul enam, kami sudah tiba di sana. Suasana masih sepi. Tapi untungnya di depan stasiun, telah tersedia ramp untuk kursi roda.

Sedikit terkesima dengan Stasiun Kertapati yang menurutku mirip dengan Terminal 3 Bandara Soetta di Jakarta. Tempat tunggunya luas banget. Sudah tersedia toilet untuk disabilitas pula. Sebelum memulai perjalanan, aku sempatkan untuk BAK dulu di sana. Sesudahnya, kami pun menuju tempat penukaran tiket yang serba otomatis. Lalu menunggu di ruang tunggu, bersiap-siap menuju kereta api untuk berangkat.

Ruang tunggunya luas banget. (Dok. Pri)
Ruang tunggunya luas banget. (Dok. Pri)

Kereta api yang kami naiki bernama Rajabasa. Diambil dari nama gunung terkenal di Lampung Selatan. Kereta ini terdiri dari lima gerbong yang semuanya kelas ekonomi. Harga tiketnya Rp. 32.000 per orang. Karena baru pertama kali, aku agak sedikit syok melihat kereta api. Ternyata untuk masuk ke dalam gerbong, mesti naik tangga. Sementara aku kesulitan untuk naik tangga. Sehingga aku mesti duduk di bagian bawah pintu kereta untuk bisa masuk ke dalam gerbong. Beruntung ada Ayah dan petugas kereta yang sigap membantu.

Aku sengaja pilih gerbong yang terakhir. Maksudnya biar dekat dengan wc. Setelah mengesot di bawah, dibantu ayah aku jalan pelan-pelan ke bangku penumpang. Untungnya lantai kereta bersih, jadi biarpun mengesot tadi bajuku tidak kotor. Pukul setengah sembilan, kereta siap-siap berangkat. Kursi rodaku ditaruh di bagian belakang gerbong, biar tidak menganggu. Dimulailah pengalaman pertamaku naik kereta api.

Biarpun Lama, Tapi Gak Berasa 

Jujur menurutku waktu tempuh kereta api Palembang – Lampung sungguh lama. Jauh lebih lama daripada naik mobil pribadi yang memakan waktu hanya lima jam. Namun karena ini perdana naik kereta, jadi aku merasa bahagia. Akhirnya bisa juga merasakan sensasi “Jug gejak gejuk gejak gejuk “ naik kereta.

Selama kurang lebih sembilan jam ini, kereta api melewati 19 stasiun. Masing-masing stasiun, terdapat waktu istirahat kira-kira sepuluh menit. Beberapa kali, kereta berpapasan dengan kereta Batu Bara Rangkaian Panjang, disingkat Babaranjang. 

Kereta ini mengangkut batubara PT. Bukit Asam dari Muaraenim ke stasiun Tarahan. Sesuai dengan namanya rangkaian gerbongnya sangat panjang. Mungkin ada puluhan gerbong. Saking panjangnya, aku merasa keretanya mirip ular naga. 

Akhirnya dengan naik kereta, aku bisa berkeliling Sumatra Selatan. Kupikir Sumatra Selatan itu, provinsi yang sangat kaya akan sumber daya alam. Selain kereta Babaranjang, yang kulihat sepanjang perjalanan kebanyakan hutan, perkebunan dan sawah. 

Begitu mendekati stasiun, barulah rumah-rumah penduduk terlihat. Naik kereta ini, aku menyadari betapa luasnya Sumatra Selatan. Jarak tempuh Palembang – Lampung lebih kurang 389 kilometer.

Di dalam kereta ini, aku menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Namun, lama-lama bosan juga melihat pemandangan yang itu-itu saja. Internet tidak bisa sering digunakan. Tak ada sinyal. Beberapa kali aku tertidur, karena mengantuk. Sayangnya bangku kereta api Rajabasa ini sempit. Kurang nyaman untuk dipakai tidur terlentang. Jadi aku tidurnya sambil duduk saja.

Beli Camilan dan Makanan, Enak Bak Menu Pesawat 

Kereta api zaman sekarang sudah banyak berubah. Apalagi semenjak di bawah kepemimpinan Bapak Didiek Hartantyo. Beragam inovasi pun diluncurkan. Salah satunya layanan pembelian makanan. Kita bisa beli makanan lewat aplikasi KAI Access. Maksimal satu jam sebelum tiba di tujuan. Atau memesan langsung dengan pramugari di kereta.

Saat pergi ke Lampung naik kereta ini, aku sempat memesan makan siang dan camilan. Harganya terjangkau. Ada dua pilihan menu makan siang. Menurut pramugari kereta, setiap hari pasti berganti. Aku sendiri memilih nasi ayam kecap dan snack coklat. Menurutku rasanya enak. Porsinya juga bikin kenyang. Makanannya tidak pedas.

Nasi ayam kecap. (Dok. Pri)
Nasi ayam kecap. (Dok. Pri)

Pramugari menawarkan makanan, di tengah-tengah perjalanan. Ini mengingatkanku pada pramugari yang menyajikan makanan di dalam pesawat. Atau saat kita menonton di dalam bioskop, biasanya juga ada petugas penjual makanan. Senang sekali rasanya. Perjalanan selama di dalam kereta, jadi tidak terasa lapar. Soalnya perutnya sudah penuh terisi.

 

Toilet Kereta Api, Belum Ramah Disabilitas 

Sayang seribu sayang, ada satu kekurangan yang kurasakan. Ternyata toilet kereta api Rajabasa belum ramah disabilitas. Terutama untuk penyandang kursi roda sepertiku. Padahal di depan pintunya sudah ada logo disabilitas. 

Kukira memang sudah ramah untuk disabilitas. Ternyata tempatnya relatif sempit. Toiletnya masih menggunakan toilet jongkok. Di dalamnya juga tanpa pegangan tangan. Kalau habis digunakan, lantainya juga licin dan basah. Malah membahayakan disabilitas daksa sepertiku. Aku terpaksa harus menahan pipis selama sembilan jam!

Menahan pipis tidak baik untuk kesehatan. Tapi apa boleh buat. Semoga PT. KAI dapat memperbaiki toiletnya supaya bisa seperti toilet di pesawat. Biarpun sempit, tapi ada pegangan yang kokoh untuk berdiri. Sayang banget, jika pengguna kursi roda bahkan tidak bisa memanfaatkan toilet disabilitas.

Akhirnya sampai juga di stasiun Tanjung Karang. Di sana, kami lagi-lagi dibantu turun dari kereta oleh petugas. Ternyata di luar adik sudah menjemput kami. Naik kereta api pertama kali penuh dengan suka duka. Akan tetapi, aku tidak kapok menaikinya. Sungguh jadi pengalaman berkesan yang tidak terlupakan.

Saranku untuk PT. KAI, kalau bisa waktu tempuh kereta bisa dipercepat. Ditambah fasilitas internet gratis. Seperti halnya di Pulau Jawa. Bila perlu dibikin juga Whoosh Palembang - Lampung. Semoga lain kali aku bisa naik kereta api kembali, dengan versi Kereta Rajabasa yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun