Disabilitas Wajib Melek Literasi Keuangan

Di era globalisasi seperti sekarang, Dsabilitas wajib melek literasi keuangan.  Setidaknya itulah poin penting yang Molzania tangkap pada acara pelatihan "Literasi Keuangan untuk Disabilitas". Program edukasi ini diselenggarakan oleh Yayasan Sharing Disability Indonesia (YSDI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wilayah Sumbagsel.

Acara ini dihadiri oleh puluhan orang disabilitas anggota komunitas YSDI. Mulai dari disabilitas netra, disabilitas daksa, disabilitas rungu dan cerebral palsy (CP). Materinya diisi oleh pemaparan tentang literasi keuangan dari mahasiswa komunitas GenLimass dan ibu Mona selaku Analis Junior Bidang Pengawasan Pelaku Usaha Jasa Keuangan OJK Sumsel Babel.

Pada kesempatan tersebut, mahasiswa GenLimass memberikan pengetahuan mengenai pentingnya mengatur keuangan, membiasakan diri untuk menabung dan menghindari hutang. Soalnya ternyata para disabilitas banyak yang masih tidak mengetahui caranya mengatur keuangan dengan baik. 

Untuk itu, mereka menegaskan bahwa kita mesti tahu cara membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Dengan begitu, kita bisa dengan mudah mengatur keuangan.

Baca juga: Sharing Disability, Komunitas Berbagi dari Disabilitas untuk Disabilitas

"Rasionya 40% untuk kebutuhan, 30% untuk membayar cicilan, dan 20 persen untuk ditabung. " kata Haiqal dan Pontri, selaku pembawa acara. 

Para disabilitas yang hadir juga diberikan kesempatan untuk curhat pada OJK. Ternyata banyak yang mengeluh sulit untuk membuka rekening di bank. Para disabilitas netralah yang sering mengalami hal ini. Mereka ditolak membuka rekening karena tidak bisa tanda tangan. 

Ibu Mona, selaku perwakilan OJK, menerima masukan tersebut. Soalnya memang masih banyak kendala yang dihadapi oleh disabilitas dalam mengakses sistem keuangan. Untuk itu, OJK perlu menindaklanjuti berbagai usulan yang masuk. Sehingga acara seperti ini tentu sangat bermanfaat. 

Biarpun harus 'ngesot' naik tangga, karena acaranya ada di lantai dua, Molzania senang bisa ikut pelatihan seperti ini. Selain menambah ilmu, acara pelatihan juga jadi ajang menjalin pertemanan. Apalagi banyak sekali rekan disabilitas baru yang ikut bergabung. 

Pada acara OJK ini, Molzania sebagai influencer bisa curhat tentang isu pinjol. Soalnya beberapa kali pernah memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan. Ya, Molzania pernah beberapa kali diteror pinjol. Mereka mengirimi pesan bernada ancaman lewat DM Instagram. 

Baca juga: Penyandang Disabilitas Wajib Ikut Komunitas

Padahal yang berhutang itu rekan sesama influencer. Tidak begitu kenal, tetapi telah saling follow. Molzania yang notabene orang jauh, malah yang diteror. Tentu saja Molzania takut dan cemas, dong. 

Baca juga: Bangun UMKM, Pasangan Disabilitas Ini Berdaya Lewat Kriya

Bu Mona menambahkan bahwa yang meneror itu biasanya adalah pinjol ilegal. Soalnya kalau pinjol resmi, mereka tidak akan menagih dengan cara yang tidak sopan. Apalagi bila sampai mengancam pihak lain. 

Dewasa ini, banyak banget ditemui pinjaman ilegal yang mencatut nama OJK. Pada aplikasinya, mereka memasang logo OJK. Untuk itu, kita mesti berhati-hati ketika ingin meminjam uang lewat aplikasi hp. 

OJK tidak bisa membantu, jika kita mengalami kerugian terkait pinjol ilegal. "Soalnya itu di luar wewenang OJK" tambah Bu Mona. Ihh serem banget, ya. 

Solusi dari Bu Mona, jika mengalaminya, kita dapat mengabaikan hal tersebut. "Kita bisa memblok sosial media peneror dan mengabaikannya," lugas Bu Mona. Soal pinjol ini, kita bisa mencarinya di situs OJK untuk mengetahui daftar pinjol yang legal. Oke deh, Bu. 

Terkait literasi keuangan ini, OJK sudah melakukan berbagai edukasi dan informasi pada masyarakat. Salah satunya lewat kegiatan pelatihan untuk disabilitas. 

OJK juga memiliki berbagai sosial media yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Kita bisa mencari tahu informasi terbaru yang dibagikan oleh OJK lewat hp masing-masing.