"Kau nih hawo nago nian," ketus X kepada Y, "makan apo pas sahur tadi?"
Mereka berdua sama-sama orang Palembang. Sudah sahabatan sejak lama. Y tahu betul sahabatnya itu tak bermaksud menyinggungnya. Tapi mengkritiknya secara halus.Â
Jauh dalam hati, Y juga merasa dalam dirinya ada yang salah. Makanya Y pun berusaha menerima kritikan dari sahabatnya itu.Â
Mungkin bagi orang di luar Palembang, mengira mereka berdua akan bertengkar. Atau malah musuhan.Â
Padahal maksud dari percakapan itu, X sedang menegur Y. Tapi gaya bicara X sedikit terdengar blak-blakan, ciri khas orang Palembang. Soalnya X merasa tak nyaman dengan Y, akibat bau mulut.
Hawo Nago, Istilah Palembang untuk Bau Mulut
Seperti halnya budaya Melayu, Palembang banyak menggunakan perumpamaan untuk menyebut sesuatu. Sering kali malah terkesan tidak masuk akal.
Hawo nago artinya bau nafas naga. Istilah ini lazim digunakan oleh wong kito galo untuk menyebut bau mulut.Â
Dalam banyak mitos, seekor naga biasanya menyemburkan api dari mulutnya. Nah istilah hawo nago diserupakan dengan api yang dikeluarkan dari mulut naga. Tentunya sangat membuat tidak nyaman bagi orang yang terkena api semburannya itu.
Begitu pula dengan nafas tak sedap yang keluar dari mulut kita. Apalagi saat sedang berbicara dalam jarak dekat dengan seseorang. Bisa membuat orang yang akrab, malah bergeser menjauh.
Berpuasa seharian tidak menyebabkan nafas tak sedap. Akan tetapi penyebabnya bakteri yang berkembangbiak dengan cepat. Selain itu, bau mulut juga dapat timbul dari penyakit maag atau diabetes.Â
Oleh karena itu, penting untuk kita menjaga kesehatan. Terutama di area mulut, agar terhindar dari nafas bau. Â Â
Tips Menjaga Kesehatan Mulut
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, berikut beberapa aktivitas yang bisa mengurangi bau mulut, diantaranya:
1. Minum air putih minimal 2-3 liter sehari.
Soalnya konsumsi air putih yang cukup dapat meningkatkan produksi air liur. Sehingga mulut kita tetap lembab. Â Selain itu, minum aor putih bisa membantu untuk membilas sisa-sisa makanan dalam rongga mulut.
2. Menggosok Gigi Secara Teratur
Hindari rasa malas menggosok gigi. Ketika menggosok gigi, sebaiknya dilakukan secara sempurna dan menyeluruh. Lakukan dengan gerakan memutar.
Bersihkan juga area lidah dan langit-langit dengan lembut. Â Gunakan larutan pembersih mulut agar hasilnya maksimal.
3. Hindari makan makanan yang berbau tajam saat sahur.
Misalnya saja jengkol, durian, petai, bawang dan lain-lain. Makanan berbau menyengat, seperti jengkol, meninggalkan zat asam amino sistein yang mengandung belerang.Â
Apalagi bila kita menyikat gigi tidak bersih. Sisa makanan yang tertinggal di gigi dapat mengakibatkan bau mulut.
4. Kebiasaan merokok saat sahur dan buka puasa
Kebiasaan merokok menghilangkan zat mineral dalam mulut dan membuatnya kering. Selain itu, percampuran air liur dan senyawa kimia menimnbulkan bau mulut dan membentuk karang gigi.
5. Hindari Tidur Lama Saat Puasa
Durasi tidur siang yang ideal adalah 15 - 30 menit. Â Tidur dalam jangka waktu lama saat puasa, dapat menyebabkan dehidrasi. Di samping itu, identik dengan kegiatan yang tidak produktif.Â
Untuk itu, sebaiknya hindari tidur lama saat puasa. Lebih baik diisi dengan ibadah, olahraga atau aktivitas produktif lainnya. Bisa pula dengan ikutan tantangan menulis Ramadan Bercerita. Menulis sehari satu artikel sebulan selama ramadan. Â
Sumber artikel :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H