Untukku pribadi, hal yang paling penting itu mengumpulkan mood. Biarpun terbiasa menulis, tapi kalau nggak mood, maka tulisan yang dihasilkan akan biasa saja. Nggak punya klik di hati pembaca.
Tantangan berikutnya mencari ide. Ini dia bagian yang paling berat. Mood ada, tapi ide nggak ada. Duh, pengen nangis gak sih? Haha.. Konon suhu blogger berkata ide itu bisa datang dari mana saja. Tapi ketika ditunggu-tunggu, seringnya malah tak muncul-muncul.
Nyebelin banget, gak sih? Akhirnya bikin mood balik nol. Ujung-ujungnya ya itu tadi males nulis. Gak selesai dong tantangan Ramadannya. Gak papa! Saingan jadi makin sedikit .. :p :canda:
Jadi intinya berusahalah untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai. Pelajaran untuk diri sendiri juga. Tentu ke depannya, akan ada banyak hambatan. Terutama untuk misteri topik dan tantangan misterinya itu loh.. Takut banget! Hahaha..
Meredam Hasrat Ingin Menang Lomba
Sebagai orang yang kompetitif, tentu aku ingin sekali menang hadiahnya. Tahun 2018 lalu, gagal menang. Kali ini ya paling nggak bisa juara dua-lah. Mupeng sama hadiah Air Fryernya. Soalnya bakalan bermanfaat untuk si paling diet kayak aku.Â
Namun mengingat Kompasiana ini banyak banget suhunya. Langganan juara lomba menulis. Aku mendadak minder. Siapalah aku yang baru menang sekali di lomba menulis Kompasiana. Itu pun sudah berabad-abad lalu.
Kalau sudah begini, timbul deh sisi sok bijak dalam diriku. Berusaha meyakinkan diri tidak ada salahnya mencoba. Toh rezeki nggak ke mana. Yang penting tugas manusia berusaha. Pantang menyerah sambil berdoa.
Komitmen Sampai Akhir dan Tantangannya
Menyelesaikan Ramadan Bercerita itu lebih utama untukku. Sebagai disabilitas, yang paling membuatku khawatir itu tema misteri dan tantangannya itu.
Soalnya berdasarkan pengalaman lalu, tema yang keluar sangat tidak terduga. Diantaranya mengharuskan kita ke luar rumah untuk meliput sesuatu, disuruh bikin video di luar, dan lain sebagainya.
Untukku yang disabilitas daksa, tentu sulit ke mana-mana. Belum lagi kondisi orang tua yang sudah lansia. Tentu nggak mudah meminta bantuan mereka untuk menemaniku meliput ke luar. Perlu persiapan matang dan melihat kondisi kesehatan mereka.
Apalagi di bulan puasa ini, mereka sering kali mengeluh lesu dan ingin di rumah saja. Kalau sudah begini, aku terpaksa putar otak lagi hendak menulis apa. Â