Lalu saya mendapatkan balasan yang cukup membuat saya tertegun. Mereka bilang satu-satunya jalan bisa dari jembatan penyebrangan yang terletak di Mall OPI Palembang.
Namun jembatan penyebrangan itu jaraknya lumayan jauh untuk bisa masuk ke stasiun. Ukuran manusia normal, jembatan itu sangat panjang untuk bisa membuat kaki pegal.
Saya pun juga mencoba untuk melewati kawasan OPI Mall tersebut. Melihatnya dari jauh saja sudah membuat saya menghela nafas. Saya memperkirakan jaraknya bisa mencapai ratusan meter.
Tangan saya bisa pegal jika saya menempuh jarak sepanjang itu dengan cara mendorong kursi roda manual. Saya juga mengkhawatirkan kondisi ayah yang sudah tua jika harus ikut mendorong.
Hal yang lebih mencengangkan lagi, itu adalah satu-satunya stasiun LRT yang bisa saya tempuh dengan kursi roda.
LRT itu diperuntukkan untuk alat transportasi, masa iya saya harus pulang dan pergi menuju stasiun yang sama?
Sementara itu tidak ada satupun lift yang beroperasi. Fasilitasnya ada dan sudah tersedia, namun tak bisa digunakan sama sekali. Alasannya? Tidak tahu.
Saya pun mencoba berkeliling ke stasiun LRT lainnya. Pilihan saya jatuh ke stasiun LRT yang satu lokasi dengan Palembang Icon Mall. Menurut saya lokasinya sangat strategis daripada stasiun LRT lain.
Di sini tersedia lahan parkir yang cukup luas karena saya harus memarkirkan mobil jika ingin menjajal LRT. Tapi lagi-lagi, di sana, lift tidak beroperasi.
Ayah saya pun menemui seorang satpam LRT yang bertugas di sana. Alternatifnya saya bisa naik ke atas stasiun dengan cara digotong beberapa orang petugas menggunakan eskalator berikut kursi rodanya. Pilihan ini ditolak mentah-mentah oleh ibu saya yang kebetulan ikut menemani saat itu.
Menurutnya, eskalator dan tangga LRT terlalu curam untuk dinaiki menggunakan kursi roda.