Sejak awal pembangunan, saya sangat antusias dengan keberadaan LRT di kota Palembang. Apalagi pemerintah berkomitmen untuk membuat fasilitas yang ramah difabel untuk pengguna kursi roda seperti saya.
Sempat terbayang kalau LRT Palembang akan bisa seperti di negara maju di mana pengguna kursi roda bebas untuk pulang-pergi naik LRT sesuka hati.
Sudah lebih kurang 1,5 bulan lalu sejak resmi diluncurkan, LRT di Palembang beroperasi akhir Juli lalu dan dibuka untuk umum.
Gaung event pertandingan olahraga Asia bertajuk Asian Games pun sudah berakhir. Maka saya yang seorang difabel pengguna kursi roda pun memberanikan diri untuk mencoba moda transportasi publik terbaru ini.
Saya merasa inilah saat yang tepat untuk menjajal LRT Palembang setelah sekian lama.
Beberapa hari lalu, saya pergi bermaksud untuk menjajal LRT pada pagi hari saat jam kerja. Saat-saat seperti itu, diharapkan tidak banyak orang berkunjung, agar bisa leluasa menggunakan kursi roda.
Saya sendiri cenderung menghindari tempat-tempat ramai. Tidak mampu jika harus berdesak-desakan dengan banyak orang lainnya.
Dulu waktu awal-awal LRT resmi diluncurkan, saya sebetulnya sudah memiliki rencana untuk mencoba LRT pada saat pelaksanaan Asian Games. Tetapi urung saya lakukan karena ketika saya berkali-kali melewati stasiun LRT yang kebetulan salah satunya dekat rumah.
Alasan utamanya, lift masih diperbaiki. Pun situasinya crowded karena antusiasme warga Palembang. Terlintas di pikiran, kalau saja lift itu bisa digunakan sesudah Asian Games berlalu.
Saya pun mencoba untuk menghubungi komunitas Palembang Local Guides. Kiranya mereka sebagai anggota komunitas travelling mengetahui cara teraman bagi pengguna kursi roda untuk naik LRT di Palembang.
Salah satu alasannya karena beberapa kali melewati depan beberapa stasiun LRT, lift masih belum bisa digunakan. Barangkali mereka, teman-teman saya itu, tahu alternatif untuk naik LRT. Atau mungkin barangkali tanpa sepengetahuan saya sudah ada lift di salah satu stasiun LRT yang sudah beroperasi.