Pada saat lebaran tiba, ada satu tradisi unik ala wong kito galo yang dimulai setelah shalat ied berlangsung. Mulai hari pertama lebaran, hingga beberapa hari setelahnya, orang Palembang biasa melakukan sanjo-sanjoan. Maksudnya orang Palembang bersilaturahmi ke rumah kerabat dan tetangga saat lebaran tiba.
Para tuan rumah yang kedatangan tamu biasanya menyiapkan berbagai suguhan atau camilan ringan. Aneka makanan dihidangkan sesuai dengan budget yang dimiliki si tuan rumah. Ada kalanya hidangan itu dinikmati ala-ala prasmanan, jadi tamu mengambil sendiri berbagai kue-kue dan camilan dari atas meja tersendiri yang telah disediakan. Â Atau bisa juga dihidangkan secara langsung oleh tuan rumah di atas meja tamu.
Pempek, Makanan yang Tak Pernah Hilang
Dari sekian macam hidangan untuk para tamu, selain kue-kue di atas ada satu ciri khas wong kito yang tak boleh ketinggalan. Yaitu aneka makanan khas Palembang seperti aneka jenis pempek dan teman-temannya. Teman-temannya ini bisa diartikan sebagai alternatif camilan modifikasi pempek seperti misalnya tekwan, model, dan lain-lain. Tak ketinggalan saus cuko teman sejati saat menyantap pempek.
Kedengarannya memang terasa aneh. Namun hal itu benar-benar nyata berlaku di Kota Palembang. Saat sahur dan berbuka, pempek tak pernah absen dari meja makan. Sekali waktu bisa saja bosan, tapi ujung-ujungnya tetap kangen pempek. Berbahan dasar tepung gandum dan ikan, pempek termasuk camilan yang sehat dan mengenyangkan. Makanan ini bisa diolah dengan cara dikukus, digoreng, dipanggang ataupun dibakar. Bisa pula diisi dengan telur, pepaya, bahkan  ada pula yang mengisinya dengan keju atau sosis.
Jika kita coba untuk datangi sepuluh rumah wong kito, maka akan tersedia 10 hidangan pempek dengan rasa dan tekstur yang berbeda-beda. Pempek yang paling nikmat tentu saja yang buatan sendiri. Dijamin bikin kita mabuk pempek bukan kepalang. Perut akan kekenyangan karena pempek. Herannya biarpun sudah kenyang, masuk ke rumah wong kito yang ke 11, disuguhi pempek pun tetap dimakan. Apalagi jika saos cukanya bertekstur kental dan ditaburi potongan cabe rawit, dijamin sepiring pempek pun ludes tak bersisa. Cukonya dihirup (bahasa Palembang diminum) saat mengunyah pempek. Cek Selengkapnya di:Â Kuliner Khas Palembang ini Modifikasi Lain dari Pempek
Aturan Tak Kasat Mata Saat Sanjo-Sanjoan
Saat tradisi sanjo-sanjoan, jangan lupa perhatikan waktu kedatangan kita. Umumnya wong kito keberatan bila ada tamu yang datang pagi-pagi sekali dan menjelang maghrib. Alasannya karena pada waktu-waktu tersebut, aktivitas di rumah sedang padat-padatnya. Mungkin tuan rumah masih tidur atau sedang beberes rumah. Bisa jadi pula tuan rumah sedang siap-siap menunaikan shalat maghrib. Daripada bikin tuan rumah ngedumel di belakang, lebih baik menghindari jam-jam tersebut.
Sekian cerita Molzania tentang tradisi sanjo-sanjoan khas Palembang. Sobat sendiri punya tradisi silaturahmi lebaran seperti apa di kotannya sobat? Share ya. ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H