Tradisi Salam Tempel ketika hari Lebaran melekat pada rakyat Indonesia. Istilah salam tempel ini pun bermacam-macam penyebutannya. Ada yang mengistilahkannya sebagai "sangu lebaran", ada pula yang menyebutnya sebagai uang "THR". Lain lagi sebagian juga ada yang mengaitkannya dengan kebiasaan rakyat tionghoa yaitu memberi angpau.
Terkait hal tersebut, konon katanya tradisi salam tempel saat lebaran memang terpengaruh budaya masyarakat tionghoa. Perbedaannya dengan pemberian angpau dibatasi jika si anak telah menikah. Akan tetapi kebiasaan pemberian salam tempel berakhir kebanyakan jika si anak sudah selesai sekolah dan memiliki penghasilan.
Jika ia masih sekolah atau kuliah, biasanya masih diberikan salam tempel. Di keluarga Molzania, para pemberi ini biasanya keluarga terdekat yang terdiri dari uwak, bibi, om dan tante dari pihak ayah maupun ibu. Besarannya tak tentu, namun seiring pertambahan usia pasti bertambah. Masing-masing orang pasti berbeda-beda nominalnya.
Ajarkan Anak Menabung Sejak Dini
Dari kecil orangtua Molzania sudah membiasakan anak-anaknya untuk pandai menabung. Jadi dari masih SD, Molzania sudah memiliki tabungan di bank atas nama sendiri. Salam tempel yang Molzania dapat kesemuanya lantas ditabung untuk dibelanjakan kalau ada kebutuhan mendesak.
Jumlahnya sendiri terkadang mencapai ratusan ribu. Alasannya karena baik di pihak mama maupun ayah merupakan keluarga besar. Ayah anak kedua dari enam bersaudara, sementara mama Molzania anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Jika semua paman dan bibi serentak memberi salam tempel, maka jumlahnya akan sangat banyak.
Kebiasaan itu sudah diajarkan turun temurun dari pihak mama. Semasa kecil, mama jika sudah berhasil mengumpulkan sejumlah uang, maka kakaknya mama akan mengajak untuk menukarkannya dalam bentuk dollar dan emas. Terbukti, simpanan mama dari saban kecil dulu menyelamatkan keluarga saat memasuki musim paceklik. Investasi mama dahulu bermanfaat untuk membiayai kuliah Molzania dan adik.
Bersedekah kepada yang Lebih Muda Harus Ikhlas, Bukan Karena Terpaksa
Ketika Molzania lulus kuliah dan bekerja, kebiasaan menerima tersebut berubah menjadi pemberi salam tempel. Sasarannya ialah anak-anak sepupu atau keponakan yang berusia TK, SD dan paling tinggi usia SMP. Meski nominalnya tidak sebanyak yang diberikan nenek kakek mereka dulu pada Molzania, namun itulah sedikit banyak yang bisa Molzania beri untuk mereka.
Kalau lagi nggak punya duit, ya jangan dipaksakan memberi salam tempel. Takutnya malah jadi dosa akibat ngedumel. Kita punya hak untuk menolak berbagai bentuk pemaksaan kok. Alhamdulillahnya sih, di keluarga Molzania yang diberikan salam tempel hanya keluarga dekat saja. Jadi nggak terlalu memberatkan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H