Minggu sore kelabu. Jalanan terlihat basah. Tanda dua jam lalu hujan deras turun. Molzania bersama geng Kompal asyik menyimak acaranya Maman Suherman. Acaranya berlokasi di Dipo Cafe Palembang. Bila selama ini Kang Maman hanya bisa disaksikan melalui tayangan komedi, kini saling bertatapan muka. Terpisah jarak beberapa meter. Geng Kompal duduk di kursi yang telah tersedia, sementara itu Kang Maman di atas panggung.
Semangat literasi coba ditularkan Kang Maman kepada kami semua. Rata-rata anak muda para mahasiswa wong kito duduk khidmat mendengarkan. Mereka semua para pencinta literasi, dan tidak suka nasi basi. Usia belia yang sedang haus-hausnya mereguk ilmu. Sungguh dua jam berikutnya tidak berasa karena banyaknya hikmah dari setiap kata yang diceritakan Kang Maman.
Tidak hanya membagikan pengalaman menulisnya, Kang Maman juga berkisah tentang masa lalunya. Siapa nyana jika alumni FISIP UI jurusan Kriminologi pernah dua kali naksir perempuan. Kedua-duanya berakhir dengan penolakan. Kejadian pertama berlangsung ketika Kang Maman masih kelas 3 SD. Namun ternyata cinta pertamanya itu membuatnya jadi tertulari virus literasi.
Namun ternyata keadaannya menjadi terbalik. Semuanya berubah ketika Kang Maman mengetahui bahwa Re bukanlah perempuan biasa. Dia pelacur. Masa lalunya kelam. Perempuan itu diperkosa lelaki, lalu ditinggalkan begitu saja. Re terkucilkan dari keluarganya.
"Naluri perempuan membuat Re begitu menyayangi jabang bayi yang dikandungnya, " kenang Kang Maman yang dikenal sebagai notulen di Indonesia Lawak Klub. Ya, Molzania pun berpikir. Sebejat-bejatnya wanita, tak pernah ada ibu yang dengan kerelaan membunuh bayinya! Dan Re pun demikian. Ia memilih untuk membesarkan kandungannya. Merawatnya dengan cinta kasih. Hingga tibalah saat ia melahirkan putrinya ke dunia, Re tak tahu kemana ia hendak pulang.
Ditengah kekalutan, Re bertemu dengan seorang wanita. Dipikirnya wanita itu dapat menyelamatkan hidupnya. Tidak, setidaknya hidup anaknya. Demi anak Re rela melakukan apa saja. Selama beberapa bulan, Re tinggal dengan wanita itu sembari membesarkan anaknya. Melur, ia namai putrinya. Tetapi tak pernah ada pemberian yang cuma-cuma di dunia ini. Wanita tersebut belakangan meminta Re untuk melakukan sesuatu yang tak terbayangkan. Wanita itu memaksa Re menjadi seorang pelacur selama lima tahun untuk menebus hutang-hutangnya.
Sekarang kemana perginya Re dan Melur? Kang Maman pun menceritakan hal tersebut. Re meninggal dunia. Sementara Melur genap berusia 28 tahun. Telah tumbuh menjadi seorang perempuan cerdas bertitel PhD. Dia mencari kemana perginya Re ibunya. Namun akhirnya dia hanya mendapati kuburannya saja. Di akhir Kang Maman meneruskan bahwa ketika dia kembali untuk menengok Re di peristirahatannya yang terakhir, ia mendapati kuburannya telah bagus. "Sebelumnya hanya ada batu nisan kayu dan tulisan "Re" di atasnya untuk menandai makam Re.." kenangnya.
"Apakah aku bisa masuk surga?" Tanya Re suatu hari pada Kang Maman. Sejujurnya ia bingung menjawabnya. Tapi kang Maman tak ingin menyakiti Re. Jika Molzania diberikan kesempatan untuk berbicara kepada Re, saat ini yang ingin disampaikan adalah: "Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu."(QS. Al Ahzab: 5).Dan Allah swt Maha Penerima Taubat dan Maha Pengampun. Wallahu'alam bissawwab.
Tunggu cerita selengkapnya hanya di www.molzania.com!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H