Sungguh sedih Tahun 2020 menjadi cerita panjang yang tak hilang sekejab dalam ingatan kita bila mengenang Corona yang melumpuhkan semua kegiatan manusia seantero bumi. Mengapa demikian? Karena wabah pandemi Covid-19 yang menjadi momok menakutkan manusia harus mengurung niat dengan tetap dirumah agar wabah menakutkan tersebut cepat berlalu dan sebagai tindakan memutuskan mata rantai penyebaran yang terus membunuh manusia.
Nuansa Paskah seputaran gereja sepih hanya segelintir orang yang rumahnya dekat dengan gereja masuk berdoa dan mengikuti misa pribadi para pastor dengan jarak dua meter. Tetapi di Kapela stasi St. Markus Efudini sunyi senyap tak seorang umat yang berlalu lalang. Mulai dari minggu Palma, Kamis Putih dan Jumat Agung tak terdengar lagi nyanyian memecah kapela.
Jalan salib hidup mengenang Yesus di bukit Rin Mau Bere pun tak terlihat lintasan umat dan tak terdengar lagi ratapan dan tangisan umat membelah bukit. Kini hanya terlihat tiga salib berdiri kokoh di puncak bukit Rin Mau Bere.
Kali ini setan berpikir bahwa ia telah menang. Seperti ketika Yesus wafat di kayu salib dari jauh setan tertawa kegirangan bahwa dirinya telah menang dan dapat menguasai manusia usai wafatnya Yesus. Karena tidak ada lagi orang yang mengusirnya saat menguasai dan memberdaya manusia. Kali ini betul-betul setan senang dan gembira ria melihat Yesus yang wafat di kayu salib itu. Namun setan kaget mendengar kabar kebangkitan Yesus pada hari ketiga akhirnya ia pun merasa sedih dan kalah lagi. Peristiwa ini dikenang dijamannya Yesus ribuan tahun silam.
Pada Tahun 2020 yang menjadi tahun kegenapan dan penuh misteri, setan mencoba lagi dengan mendatangkan penyakit corona yang membuat manusia tak berdaya dan gereja sepih. Kali ini setan gembira ria dan tertawa bahwa dirinya telah menang dengan adanya tidak ada misa kudus. Tidak ada lagi misa dan nyanyian paskah yang membahana memecah gereja.
Bahkan lingkungan yang tanggung koor setiap perayaan misa tak lagi latihan usai mendengar seruan gereja bahwa semua umat diam di rumah selama paskah demi menghindari penyebaran Pandemi covid-19. Namun, setan pun kaget bahwa di rumah-rumah penduduk terdengar doa, ibadat dan misa yang dipancarkan melalui siaran langsung televisi dan radio. Setan mengakui kekalahannya bahwa dunia manusia hanya percaya kepada Tuhan yang diimaninya bukan kepada setan yang terus memberdaya manusia agar mengikuti jalannya.
Perayaan Paskah Yesus Kristus Tahun 2020 menjadi sebuah momentum sejarah yang tak terlupakan dan akan menjadi sebuah cerita sejarah dalam kehidupan manusia. Momentum yang terus dikenang dan tergiang dalam alam pikiran kita. Dimana mulai dari minggu palma tak ada yang membentangkan dan mengangkat daun palma sambil menyanyikan “Hosana Putra Daud” tidak terdengar bahkan menjadi sunyi senyap alam kegembiraan. Demikian malam perjamuan Yesus yang mana terdengar Petrus bercakap dengan Yesus dalam pembasuhan kaki pun tiada.
Memang sungguh sedih, disana sini umat bertanya, “guru tidak ada jalan salib di gereja!”, demikian ujar seorang umat kepada ketua lingkungan. Dengan nada sedih ketua lingkungan hanya menjawab, “ Kita ikuti ibadat, misa, jalan salib dirumah melalui siaran TV, Radio dan Hp saja. Sudah ada himbauan agar kita ikuti misa dari rumah”, katanya. Lalu bagaimana kami yang tidak memiliki TV, radio,dan Hp, tanyanya lebih lanjut. “Ya, kita berdiam diri dan berdoa saja dari rumah”, ujarnya menjelaskan.
Meskipun umat mengikuti setiap tahapan perayaan dari rumah saja tetapi makna salib yang menunjukan jalannya penderitaan manusia yang sudah dilakukan Yesus Kristus Juru selamat manusia menjadikan kita selalu teguh dalam iman dan dari rumah kita melantum doa sebagai sebuah pengharapan dari salib suci, salib kemenangan akan wabah pandemi Covid-19 yang telah melumpuhkan manusia agar cepat berlalu dan umat manusia yang tengah menderita pun menjadi sembuh dari penyakit tersebut. Sebab melalui peristiwa salib Yesus Kristus yang telah menang atas maut akibat kedurhakaan dan kejahatan manusia.
Semoga dengan Salib Suci Yesus memenangkan kita dari rasa takut dan kecemasan yang berlebihan akan wabah pandemi Covid-19 yang tengah dialami umat manusia seantero bumi ini. Bahwa wabah pandemi covid-19 yang lahir dari ulah kelalaian dan kejahatan manusia tidak akan menang dengan salib suci Yesus.
Sehingga hanya ada satu keselamatan bahwa melalui salib kita akan diselamatkan dari wabah covid-19 dan hanya ada satu harapan bahwa umat manusia akan dipulihkan dari penderitaan akan wabah tersebut. Kiranya kuat kuasa Yesus Kristus kita dimenangkan dan dibebaskan dari wabah penyakit Covid-19 baik di negara kita maupun umat manusia di seluruh dunia.
Penulis: Yakobus M. Dini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H