Mohon tunggu...
Yakobus Molo Dini
Yakobus Molo Dini Mohon Tunggu... Guru - Data Diri

Berjalan sambil Menuai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengenal Asal Mula Betun Kota Kabupaten Malaka

23 Maret 2020   17:29 Diperbarui: 23 Maret 2020   17:35 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada jaman setelah bumi timor ini dipisahkan antara laut dan daratan terjadilah kekeringan. Sementara di dataran rendah pulau ini yakni malak pun kesulitan air. Dimana air yang muncul terasa asin bagaikan air laut. Di daerah pegunungan pun air menjadi kering tinggal Oe reu’ yang di sebut Feot nai ana Nai Mnuak ana. Wilayah Malak yang kesulitan air itulah para raja mengutus Leki Metan dan Bere Seran untuk menghadap Liurai yang bertahkta di Ikan Tuanbeis. Ketika Leki Metan dan Bere Seran tiba di sonaf Amanas Liurai disambut dengan baik oleh raja Liurai yang saat itu berkuasa adalah Uis Mesak Liurai dari Suku Abukun. Kepada Uis Mesak Liurai, mereka mengatakan: “Kami diperintahkan oleh raja-raja di Malak untuk menghadap tuan agar tuan berbaik hati dapat memberikan kepada hamba-bambamu air yang dapat diminum. Sebab sampai saat ini air yang ada masih terasa asin”. Mendengar keluhan itu tergeraklah hati Uis Mesak Liurai dan kepada dua orang utusan ia berkata:”Ya baik, saya akan mengutus dua orang putri raja di istana ini untuk mengambil air”. Akhirnya Raja Uis Mesak Liurai dari Sonaf Amanas memanggil Dua saudarinya yakni Tua Ua’ dan Tua Abuk untuk mengambil air dan diisi pada bambu (peto/betun). Kepada mereka ia berkata: “Ambillah air bersama feot nai ana dan nai mnuak ana’ “. Keduanya pun melaksanakan perintah raja. 

Setelah kembali keduanya mengdahap raja dan berkata: “Uis Mesak kami telah membawanya disini sesuai perintah”. Mendengar perkataan kedua saudarinya itu ia berkata :”Bere Seran, jagalah saudariku Ua’ bersama pemberianku ini. Tiba di wilayah malak bagian barat tuanglah sedikit air disitu dan lepaskanlah feot nai ana pada air yang kamu tuang itu. Adikku Ua’ pun harus tinggal disitu untuk menjaga air yang saya berikan ini”. Demikian pesannya kepada Tua Ua’ dan Bere Seran. Sementara kepada Leki Metan ia Berkata:”Jagalah saudariku Tua Abuk bersama pemberianku ini. Tiba di wilayah malak bagian matahari terbit tuanglah sedikit air disitu dan lepaskanlah Nai Mnuak ana pada air yang kamu tuang itu. Adikku Tua Abuk harus tinggal disitu untuk menjaga air yang saya berikan ini”. Dan mereka pun menjawab katanya :”Ya Tuan, Kami akan menjalankan perintah itu sesuai dengan titah tuan”. Usai berkata demikian mereka pun berangkat menuju tempat-tempat yang dititahkan oleh raja saat itu. Mereka melakukan perjalanan yang sangat jauh menuju malak.

Setibanya di umalor mereka berhenti dan air yang diisi pada bambu itu dituang sedikit ditanah dibawah pohon tium a’ (biku). Setelah tuang air mereka melepaskan Feot nai ana yang adalah seekor udang. Ua’ pun tinggal dan menetap di situ bersama Bere Seran. Dari tempat dituang air itu keluarlah air dan menjadi sumber mata air yang besar. Tempat itu mereka menyebutnya Wewiku. Leki Metan dan Tua Abuk melanjutkan perjalanan menuju wilayah malak bagian matahari terbit. Ketika tiba di sebuah beringin yang rimbun daunnya mereka pun berhenti. Saat itulah mereka tuang air dibawah pohon beringin dan tempat itu keluarlah air dan mereka melepaskan Nai Mnuak ana yang adalah seekor belut dengan ekornya kuning di tempat itu. Tempat itu mereka menyebutnya Wehali. Sampai saat ini juga, banyak orang menyebutnya dalam pantun yang berbunyi : Tuna iko samara samara wesei nain, wehali wewiku wesei nain (Belut berekor emas pemberian leluhur, sumber air wehali dan wewiku juga diberikan leluhur).

Sementara Bambu yang mereka bawa itu pun ditanam. Bambu itupun tumbuh menjadi rimbun. Sampai saat ini, orang menamainya Betun yang kini menjadi Kota Kabupaten Malaka. Dituturkan oleh Petrus Neno Ditulis oleh : Yakobus M. Dini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun