Pagi buta berarak datang perempuan buta berkain tenun berdandan rapih hendak memilihÂ
Berbekal undangan C6 Â berarak menuju TPS Â yang dituntun cucunya.Â
Umur termakan usia bukan aral melintang untuk ikut memilihÂ
Buta mengikis jiwa pun tidak menurunkan gairah menuju TPS
Semangat hidup sebagai warga negara menuntun jiwa dialam sadar
Bergerak kecintaan tanpa takut dan malu
Tanpa paksaan dan dorongan dari siapa pun menuju TPSÂ
Meski raga keriput usang termakan usia pun tetap hidup
Tertatih berjalan meski embun keringat menembus pori pori tetap semangat
Menebar aroma senyium sepanjang jalan membangun jiwa jiwa dikala tertidurÂ
Terbangun dalam sapa menyapa bersahutan di tengah perkampungan pun bergerak
Bersama perempuan buta yang termakan usia menjadikan suasana riangÂ
Kata kata lucu mengalir bagai air sejuk di pagi buta menuju TPS rakyat memilih.Â
Suasana yang awal beku menjadi cair oleh perempuan buta termakan usia bagai es batu mencair dikala tercampur air hangat.
"Selamat pagi semua", ucap perempuan tua kepada semua yang antre untuk memilih.
Suasana pun berubah saat awal beku menjadi cair oleh perempuan buta berkain tenun berdandan rapih menghibur.Â
Aura perempuan buta bagai magnet  menarik perhatian.Â
Bakal Linmas yang tengah berjaga menerima C6 untuk diserahkan kepada KPPS didalam TPS
Menebar senyium dan lucu  bercerita dengan asik membungkukan tubuhnya untuk duduk sambil menunggu giliran memilih.Â
Sesaat kemudian pun perempuan buta termakan usia tertuntun petugas TPS menuju kotak KPU menunggu. Akhir kata terima kasih pun berarak pulang perempuan buta termakan usia.
Fatuknutuk, 17 April 2019
Yakobus M. Dini
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H