Cara pengambilan batu pelat ke meto' kufeu
Cara pengambilan batu yang digunakan pada kuburan tersebut yang diambil dari Manumutin Silole  (nama sebuah bukit yang tinggi di wilayah Bani-Bani) sejauh 5 km dengan cara rakyat bani-bani berbaris teratur dari meto' kufeu sampai manumutin silole secara rapih mengover batu sampai meto kufeu. Batu tersebut disusun secara rapih dan teratur. Disinilah lahir budaya gotong royong dalam bahasa dawan disebut serbius tabua dengan istilah "Hanuf nua raro' mese" (dalam bahasa dawan artinya dua bahu satu beban) saat mengover batu dari tempat yang begitu jauh secara bersama menuju meto' kufeu.. Dalam sehari kuburan batu itu pun selesai dikerjakan.
       Budaya hanuf nua raroe' mese merupakan cermin bagi orang bani-bani dalam melaksanakan pekerjaannya.  Maka budaya hanuf nua raroe'  mese menjadi awal  lahirnya  budaya gotong royong pada masyarakat sejak kurang lebih 200 tahun silam. Tentu istilah dua bahu satu beban menjadi titik awal lahirnya budaya gotong royong dinegri ini. Kuburan berbentuk bakinaek menjadi tempat memberi sesajian kepada Uis Neno (Tuhan di atas langit) yang dilakukan setiap dua tahun sekali dalam upacara na'sasau' noah masi'..
Upacara Na'sasau' Noah Masi' (Upacara jual beli kelapa dan garam) dengan susunan acaranya yakni;
1. Pengambilan Paun Niti oleh para ketua suku.
    Paun Niti dalam bahasa dawan yakni tempurung cincin. Tempurung tersebut diisi dengan air yang diambil dari oe re'u. Pau niti diambil dari baba'fa yang diserahkan oleh Raja Abukun kepada para kedua suku yang telah diisi dengan air. Pau niti merupakan tempurung yang terbuat dari tembaga. Pearakan dari Sonaf  Amanas(baba.fa) menuju menuju meto kufeu sejauh 2 km.
2. Â Ana' reu duduk diatas kepala kerbau mengelilingi ksadan Uis Tae Bian
       Setiap ketua suku memegang paun niti yang berisi air dan dibawa menuju meto kufeu. Air dalam paun niti pun harus dijaga agar tidak boleh tumpah. Paun niti berisi air tersebut melambangkan alat kelamin perempuan yang harus dijaga air dalam tempurung tersebut. Dalam perarakan tersebut kerbau pun ditarik menuju meto kufeu. Tiba dimeto kufeu tempurung terbut disimpan di bakinaek tersebut. Lalu ana' reu naik dan memohon kepada uis neno (Tuhan di atas langit) diatas bakinaek tersebut. Sementara semua rakyat, pemimpin desa dan semua yang hadir duduk dibawa sambil menyaksikan jalannya upacara tersebut.
3. Â Ana'reu duduk diatas kepala kerba yang sudah dibunuh mengelilingi ksadan.
          Ana' re'u turun dari bakinaek lalu duduk diatas kepala kerbau berjalan mengelilingi bakinaek tersebut sambil meniru suara kerbau. Setelah itu, ana' re'u naik kembali ke atas bakinaek untuk melanjutkan upacara.  Daging kerbau dicincang kecil-kecil diisi dalan tobe lalu memohon kepada uis neno. Usai memohon daging dalam tobe dibuang kepada rakyat yang hadir. Rakyat secara rame-rame merampas daging yang dibuang ana'reu untuk dibawa kekebun. Sementara daging kerbau yang lainnya rakyat harus memakan habis ditempat itu dan tidak boleh bawah pulang.
4. Â Rakyat kembali membawa sesajian yang dibuang saat itu untuk disimpan di pusat kebun yakni ai nuana.