Tarian bidu yang lahir dari peradaban orang timor khususnya Malaka, Belu dan TTU dengan irama dan gerakan beda-beda menyimpan makna yang sangat mendalam kalau dikritisi oleh pada pecinta budaya bidu yang bermula dari Hanimak.Â
Tarian ini dalam kehidupan masyarakat setempat juga disuguhkan untuk  menghibur hati yang resah dan gelisah. Bahkan ketika raja atau  tamu ataupun para pejabat suatu daerah yang berkunjung selalu menggunakan bidu untuk mengantar siri pinang. Tarian bidu itu di sebut Bidu Lalok Dato.Â
Peragaan penari ini dengan melakonkan bidu sampai menyimpan siri pinang setelah itu baru mempersilahkan para tamu, raja atau para pejabat yang tengah berkunjung itu. Sapaan adat dalam bentuk pantun ketika mempersilahkan para tamu dilakonkan oleh seorang wanita dan pria itu sebagai berikut :
SAPAAN ADAT SAAT SUGUHAN LALOK DATO
Petugas:
Hau inan sia ruma, inan sia ruma,
Hau aman sia ruma, aman sia ruma.
        Mama teni hadato, teni hadato
        Mama so'e hadato, so'e hadato
        Mama teni hadato, lok liu rai
        Mama so'e hadatao, lok liu rai
Fuik ne'e fuik ita, la hase'i
Bua ne'e bua ita, la hase'i
Fuik ne'e fuik ina, Rika Bata tatoli
Bua ne'e bua ama, Bere Bata tatoli
Tatoli hodi hein, leten sia mai
Tatoli hodi hein, as sia mai
        Sasoka kola dei, rai sei kalan
        Dadula kola dei, rai sei kalan
Rai liman maliku, mare lai
Tonan liman maliku, mamos lai
        Lawarain oan ruma no'i nisa tuir, la kare
        Mela mutin oan ruma noi tara an tuir, la kare
Lia sara Wehali sara tuir uit, ha'i be mamar
Lia buti Wehali buti tuir uit, ha'i be so'i
        Hau inan sia ruma, aman sia ruma,
Hau aman sia ruma, inan sia ruma.
Hei foho bot rai bot, ina  no ama, ferik no katuas......................
Hadirin: Â Â Â Â He..............!
Cerminan budaya bidu yang kaya akan makna  dengan iringan musik yang mengalunkan kebahagiaan pada suatu wilayah menggambarkan bahwa orang yang tengah menghuni wilayah itu tengah berubah mengikuti arah jaman yang terus berubah.
Perubahan itu tentu datang dari orang-orang yang berada pada wilayah itu yang mau merubah dirinya dari yang lama dan yang sudah ada  kepada yang baru. Sehingga tidaklah heran kalau kehidupan para petani, baik petani ladang dan petani sawah atau kehidupan suatu masyarakat pada suatu jaman dapat digambarkan dalam sebuah tarian bidu.
Setiap lakonan para penari mencerminkan tahapan-tahapan suatu pekerjaan para petani itu sampai hasil panenan tiba di rumah. Ketika para penari melakoni tahapan itu selalu disertai nyanyian pantun sesuai dengan keadaan. Dalam mencerminkan suatu tahapan pekerjaan selalu saja pelatih atau pembimbing memilih tema yang tepat agar tahapan yang dilalui sesuai keadaan masyarakat petani bukan mengarang.Â
Tentu saja, formasi para penari juga disesuai dengan situasi yang terjadi saat itu sesuai kebutuhan. Sebagai salah satu contoh ketika para penari bidu memperagakan tema " Menanam Jagung". Berarti bahwa tahapan yang dilalui oleh penari putri adalah :
- Kupas jagung
- Patah tongkol jagung dari kulit
- Luruh Jagung (pisahkan biji besar dan kecil yang bagus)
- Menaruh dalam tempat tanam
- Menuju kebun untuk menanam
- Tikam tongkat kayu ditanah
- Mengisi biji jagung pada lubang yang sudah ditikam
- Â Kembali ke rumah.
Sementara tahapan yang dilalui para penari putra adalah :
- Tebas bakar
- Pagar kebun
- Bersihkan sisa-sisa kayu atau rumput yang masih tersisa.
- Kembali ke rumah.
Penari putri dan putra tentu diatur dalam satu kesatuan yang terlihat bagus dan sesuai irama musik dan alunan pantun yang menggema itu. Â Tarian bidu terlihat bagus dan serasi tidaknya sangat tergantung pembimbing dan pelatih maupun terletak pada siapa yang menilai tarian itu sesuai unsur seni hidupnya.
Berarti Tarian bidu dapat menyesuaikan diri dengan saman yang berkembang dan terjadi. Bahkan tarian bidu pun akhir-akhir ini mulai dimodofikasi agar terlihat tidak kaku oleh saman yang terus berubah. Â Tarian Bidu pun dapat memperagakan suatu keadaan.
Salah satunya dapat kita saksikan ketika SMAN Harekakae memperagakan tujuh putri khayangan merupakan asal muasal orang Nai'  Suri dalam kisah ceritranya. Para penyanyi putra juga mengisahkan ulasan  cerita pendek dalam pantun yang dapat dimengerti dan dipahami setiap pencinta Bidu.
Tarian bidu memang kaya akan makna yang mengungkapkan suatu situasi atau keadaan pada suatu tempat. Gambaran-gambaran yang diperagakan dalam sebuah tarian memiliki jalan cerita yang akan dibagikan atau disuguhkan kepada penonton saat itu.
Maka tidak heran tarian bidu berubah pada waktu dan saat yang tepat sesuai alur cerita sebuah temah yang diperagakan. Tarian Bidu merupakan cerminan sebuah cerita yang tertulis maupun tidak tertulis dan ada pada masyarakat. Dalam ceritra yang tertulis maupun tidak tertulis memiliki makna dalam alur peragaan.
Ditulis Oleh : Yakobus Molo Dini
Guru SMPN Satap Nitmalak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H