_untuk ayah dari seorang anak lelaki_
Aku melipur duka di tepian pijak
Hampir hilang yakinku untuk jadi jejak
Dengan udara yang kuhirup bersama isak yang terpaksa diajak,
Aku berlari dari banyak tapak yang ingin menginjak
Di tepian luka yang dijamu
Aku merintih pada Tuhan yang meramu
Sudah lelah aku menerima luka yang bertamu
Oh mati, tidakkah cukup aku berlari padamu?
Namun, mati tetap diam membisu seolah ia mengabdi padamu
Di tapal batasku, aku terbangun dengan sendu
Kau kibaskan aku angin beraroma rindu
Hampir habis air mataku saat kau tersenyum memandu
Bisikmu, "Jangan merindu mati, hadirmu itu candu,
hanya untuk yang lumpuh saja kusiapkan tandu.
Giatkan usahamu seperti lebah untuk madu!"
Aku kembali melipur duka
Bangun sambil membereskan muka
Di situ jelas kulihat tubuhmu, ada banyak bekas luka
Sekali lagi kau ringkas kata: "Semua luka dan duka akan buat matamu terbuka.
Kau akan lebih menghargai semua suka."
Di sini aku melipur duka
Untuk kau yang kukenang suka mendandani luka
Kau ingin dia dijumpai sebagai yang bermuka guru
Mengajari hidup berkelas nan penuh makna
Terima kasih Ayah dengan sayap-sayapmu yang berbulu doa
Terbangkanku ke Surga menuliskan cinta
dengan tinta darah dari ceruk rindumu untuk anak lelakimu ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H