Ada banyak adegan menyentuh dalam film ini. Umpamanya dalam satu upacara, Daigo mengizinkan anggota keluarga untuk mengenakan kaus kaki putih anak-anak pada nenek mereka yang sudah meninggal; pada kesempatan lain, dia terperangah saat akan memandikan seorang wanita korban bunuh diri. Â Ada pula adegan saat Daigo dan Sasaki bingung menentukan jenazah seorang transgender akan didandani sebagai lelaki atau perempuan.Â
Adegan  menyentuh lainnya, ketika Daigo  memandikan dengan perasaan duka jenazah ibu temannya, Yamashita, yang mengelola sebuah pemandian lokal di kota kecil Yamagata.
Bagi saya film ini mengajarkan bahwa mereka yang telah meninggal layak mendapatkan kembali martabat terhormat sebagai manusia. Jangan sampai jenazah yang akan dikubur masih juga dicaci lantaran perbedaan agama, misalnya.
Sesungguhnya kematian pun mampu membawa pemulihan relasi lewat  rekonsiliasi. Ini terjadi saat ayah Daigo berpulang. Bertahun-tahun Daigo memendam luka batin lantaran ayahnya kabur bersama wanita lain saat ia kecil. Awalnya ia enggan untuk melawat jenazah ayahnya. Atas desakan Mika, Daigo bukan saja melawat jenazah ayahnya, tapi bahkan memandikannya dengan penuh cinta bakti. Rekonsiliasi yang menghantar pada kehidupan baru.
Agama mengajarkan kematian memang bukan akhir, melainkan awal kehidupan baru. Pesan simbolik tentang ini muncul saat Daigo mengamati ikan salmon di sungai.Â
Salmon yang datang dari seberang lautan berjuang menuju sungai untuk bertelur. "Sedih, bukan. Datang sejauh ini hanya untuk mati. Tampaknya tidak sepadan. " ujar Sasaki bosnya. "Mereka ingin pulang, kembali ke tempat mereka dilahirkan." timpal Daigo. Benar kata Daigo, kematian adalah pulang kembali pada  Sang Maharahim.
Menyitir kembali Ernst Cassirer, kematian memang bersifat individual. Namun kematian juga bermakna sosial manakala kita merangkul kematian seperti ikan salmon yang sudi mengorbankan diri demi kehidupan baru anak-anaknya.
Kita berharap generasi yang akan datang menilai pandemi virus Covid-19 bukan sebagai tahun kematian, tetapi sebagai tahun kehidupan baru. Tegasnya, semoga pandemi ini  membawa cara pandang baru atas hidup manusia, meninggalkan sikap individual dan lebih mengutamakan nilai hidup sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H