Mohon tunggu...
Mojiono
Mojiono Mohon Tunggu... Dosen - Kini ngajar di kampus trunojoyo, Madura.

Menulis sains pangan dan pertanian serta serba-serbi kampus

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Serba-Serbi Ketupat, Ikon Khas Lebaran

8 Mei 2022   19:54 Diperbarui: 9 Mei 2022   09:25 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketupat bukan barang asing di telinga kita. Apalagi, ia menjadi ikon saat momen lebaran. Kendati ketupat identik dengan kebudayaan Jawa, saat ini, ia telah menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, memperkaya keragaman kuliner nasional. Tidak sedikit juga orang menyajikan tulisan menarik seputar ketupat, mulai dari sisi sejarah, kuliner, hingga perannya dalam aspek sosial-religi masyarakat. 

Dari KBBI, ketupat adalah makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa, berbentuk kantong segi empat dan sebagainya, kemudian direbus, dimakan sebagai pengganti nasi. Dari definisi ini, setidaknya ada dua kata kunci yang menyusun kekhasan ketupat: "pucuk daun kelapa" & "pengganti nasi".  

Pucuk daun kelapa, yang disebut juga dengan janur, memang kerap digunakan untuk membuat ketupat: mudah diperoleh, lentur, kuat, dan wangi. Bahan ini menjadi sangat cocok untuk karakteristik ketupat yang "lokal" dan "alami". Apalagi, ia harus direbus dalam waktu cukup lama, hingga sekitar 5 jam, maka janur menjadi pilihan yang pas. Janur juga menghasilkan wangi yang khas, dan yang paling penting, menambah aroma ketupat. 

Ketupat tidak hanya dibuat dari anyaman janur. Daun siwalan atau lontar juga kerap dibuat anyaman ketupat. Karakteristik daun siwalan tidak jauh berbeda: kuat, lentur, dan wangi, dan tentu saja mudah didapat. 

Perbedaan mencolok adalah warna yaitu hijau, serta lebih tebal dan kaku dibanding janur. Dari sisi aroma, ketupat daun siwalan lebih kuat. Informasi yang ditulis ini sebatas pengamatan personal penulis. 

Dan saya kira ini bakal jadi topik menarik jika dikaji lebih "saintifik". Misal, riset mengupas perbedaan karakteristik ketupat janur dan siwalan, ditinjau dari sisi cooking quality, cooking time, serta kemungkinan intervensi teknologi yang membuat ketupat lebih eksis di masa mendatang. Kalau kamu, punya ide riset apa tentang ketupat? 

Anyaman ketupat dari bahan daun lontar. Sumber: dokumen pribadi
Anyaman ketupat dari bahan daun lontar. Sumber: dokumen pribadi
Berikutnya, ketupat dihidangkan bersama aneka kuliner yang umumnya berkuah, sebut saja soto, opor, dan kaldu. Peran ketupat di sini jelas: pengganti nasi alias rice replacer. 

Sama-sama sumber karbohidrat. Yang bikin beda, aroma janur dan siwalan menambah selera makan. Mengenai hidangan berkuah tadi, tentu saja tidak bisa diperdebatkan mana yang paling superior. Semua soal selera. Bagi saya, kombinasi ketupat dan kaldu menjadi santapan paling lezat. 

Hidangan kaldu dengan ketupat. Sumber: dokumen pribadi
Hidangan kaldu dengan ketupat. Sumber: dokumen pribadi

 Demikian serba-serbi ketupat, ikon lebaran yang sudah eksis sejak abad ke-15. Terakhir, yang membuat saya bangga dengan ketupat adalah bahan anyaman ketupat dari bahan yang compostable, dari alam dan kembali ke alam dengan paripurna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun