Mohon tunggu...
Moh Taufiq
Moh Taufiq Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Mahasiswa Magister Energi Undip

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Covid-19 bagi Peternak Sapi dan Solusinya dengan Biogas

25 April 2020   17:00 Diperbarui: 25 April 2020   16:53 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kita melihat meningkatnya tingkat kepedulian, rekomendasi untuk "jarak sosial," mengurangi perjalanan, menghindari keramaian, penutupan, dan praktik perlindungan lainnya untuk memperlambat penyebaran COVID-19, konsumen akan membuat pilihan sulit tentang makanan. Konsumen akan mengurangi pembelian untuk produk daging dan susu.

Petenak sapi perah dan sapi potong di Boyolali mulai merasakan imbas penyebaran pandemi corona atau Covid-19. Meski harga jual sapi tidak mengalami kenaikan, namun tingkat permintaan justru mengalami menurun.

Seorang peternak di boyolali dalam kondisi normal, sebelum pandemi merebak, biasa memotong sapi diatas 5 ekor sapi. Namun, saat ini hanya bisa memotong 2-3 ekor saja. Selain itu juga harga sapi dan susu sapi juga mengalami penurunan. Terkait pakan ternak, untuk peternak sapi potong beruntung pakan sapi potong tidak tergantung pakan impor. Beda dengan sapi perah yang memerlukan protein dari berbagai sumber pakan (konsentrat) lain yang sebagian harus diimport.

Melihat kondisi tersebut, ada secercah harapan buat peternak melalui pengelolaan kotoran sapi. Kotoran sapi awalnya jadi masalah besar lantaran dibuang ke pekarangan sehingga menumpuk atau dibuang ke selokan menuju bantaran sungai. Bau, kotor dan jadi biang penyakit. Tetapi dengan digester biogas, kotoran tersebut akan menghasilkan gas metana sebagai pengganti gas elpiji, juga ampas kotoran jadi pupuk bernama bio slurry. Pupuk dari proses di reaktor bisa langsung terpakai buat tanaman atau bisa dijual melalui Koperasi Unit Desa (KUD).

Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous feeding, dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara berkelanjutan setiap hari. Bentuk digester yang sudah banyak dipakai adalah model semi kubah tertanam.

Berdasarkan pengalaman peternak pemilik digester biogas bisa menghemat pengeluaran untuk membeli tabung gas elpiji. Sebelum ada biogas, setiap bulan rata-rata menghabiskan uang Rp 60 ribu-Rp 70 ribu untuk membeli 3-4 tabung, sekarang tidak lagi membeli tabung elpiji cukup mengeluarkan Rp 7.500/bulan untuk biaya perawatan instalasi biogas. Hal ini sangat pembantu perekonomian peternak, apalagi saat pandemi covid 19 ini. Dimana terjadi pembatasan social akibat mudah menularnya virus.

Peternak dapat terus mengembangkan sapi potong dan sapi perah sampai masa pandemi selesai. Untuk sapi potong, peternak disarankan tetap merawat ternaknya agar tetap sehat dan semakin bertambah jumlahnya, walaupun permintaan sapi potong menurun. Tetapi saat wabah ini selesai, peternak akan memiliki stok sapi potong yang banyak dan siap untuk dijual. Peternak sapi perah mungkin yang paling terdampak akibat pandemi ini, selain pakannya yang dari import juga permintaan susu sapi menurun. Solusinya dengan menjual susu sapi langsung ke warga atau masyarakat dan mengolah susu tersebut menjadi bahan tambahan pembuatan makanan olahan. Makanan olahan tersebut dapat dipasarkan lewat online atau ke toko toko, dimana menjelang lebaran permintaan makanan akan meningkat.

Sedangkan kotoran sapi dapat terus memproduksi biogas, jika produksi biogas berlebih bisa ditampung di plastik atau ban bekas. Hasil tampungan biogas tersebut bisa digunakan warga lain sebagai pengganti gas elpiji. Berdasarkan literature, produksi biogas akan meningkat saat kotoran yang dimasukkan ke digester/reactor tidak hanya kotoran sapi dan air saja.

Komposisi yang optimal adalah dengan campuran kotoran sapi dan ayam dengan perbandingan 1:1, selain tambahan air tentunya. Di sini ada peluang kerjasama dengan peternak ayam, agar kotoran ayam dapat dimanfaatkan.

Peternak ayam juga mengalami krisis ekonomi, karena permintaan daging ayam dan telur menurun. Untuk hasil optimal, peternak disarankan mengecek digester apakah proses pembentukan biogas berlangsung. Ciri ciri adanya proses anaerob (proses pembuatan biogas) terjadi adalah jika didalam digester tersebut, kotoran banyak gelembung gelembungnya.

Bagaimana dengan peternak yang tidak memiliki digester biogas?mereka dapat membuat dari bahan plastik atau membuat digester dengan beton tapi kapasitasnya kecil. Selain itu juga bisa bekerja sama dengan peternak lain yang sudah punya digester untuk sama sama mengoptimalkan pembentukan biogas dan mengalirkan hasil biogas tersebut atau menampung biogas dengan plastik/ban bekas untuk peternak yang belum punya digester sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun