Hai, bos (besar).
Saya adalah pengikut teorimu yang berbunyi, “yang istimewa akan kalah pada yang selalu ada.”
Teori itu sangat ampuh dalam menaklukkan doi. Saya kalah dan menang karena teori itu. Jika lawan saya adalah penganut teori yang sama, maka pemenangnya bisa dipastikan adalah siapa yang lebih dulu “ada.”
Saya sudah uji coba teori ini beberapa kali, hasilnya tidak diragukan lagi.
Teori yang berseberangan dengan teori ini adalah teori layang-layang yang berbunyi, “Tarik ulur, tarik ulur.” Teori ini meskipun mempunyai kelebihannya sendiri, ia mempunyai banyak kelemahan.
Di antara kelemahannya: satu, bisa saja saat diulur malah tidak bisa ditarik kembal. Dua, si doi merasa dipermainkan sehingga lebih memilih memutuskan “benang.”
Kelebihannya: bisa mengetahui lebih jauh sejauh mana si doi suka pada dia. Ia akan tetap bertahan walau “ditinggal” beberapa lama.
Demikianlah landasan teori tentang doi.
Bagaimana pengaplikasiannya? Saya punya cerita tentang ini.
***
Saya punya teman perempuan yang lumayan akrab dengan saya. Jika ditanya lebih jauh, bagaimana perasaanku kepadanya, saya tidak bisa menjawabnya secara pasti. Apakah saya suka padanya atau sebatas kagum. Saya pikir, saya hanya sebatas kagum. Ia perempuan yang berintegritas, keren.
Saya tidak begitu menceritakan tentang pertemanan saya ini kepada teman-teman, cukup dianggap kenal. Suatu ketika, saya ngobrol dengan si bos kecil yang maqamnya masih kelas “online” tentang banyak hal. Ia tanya, saya suka siapa. Saat itu, saya tidak suka pada siapa pun, datar saja (think equal).